TEKEN BINTANG SEBELUM BACA!
|||||
Genta bohong jika berkata ia ikhlas melepas Karin. Mana mungkin ia bisa meninggalkan gadis yang sudah mengisi hari-hari bersama selama tujuh tahun. Tahun ke tujuh dalam hubungan mereka tidak bisa diartikan sebelah mata. Genta mencintai Karin, sangat. Walau ia belum ada keberanian untuk menikahi gadis itu, tapi Genta juga tidak bisa melepaskan. Tiga tahun lagi, apa mungkin Karin dan keluarganya bisa menunggu waktu tiga tahun agar Genta siap secara finansial untuk menikah.
Ella yang sejak tadi memperhatikan Genta yang tidak fokus bahkan menjawab beberapa pertanyaan profesor tentang pasien yang ditanganinya. Jujur saja, hati dan pikiran Genta sedang berperang. Kata hati Genta ia harus berangkat ke Malang naik kereta malam ini agar besok pagi sampai dan langsung bertandang kerumah Karin. Tapi, otaknya berkata sebaliknya.
"Nta, mending lu cerita sama gue ada apa? Serius, gue yang pusing liat keadaan lu gini." ujar Ella yang jenuh melihat keadaan Genta yang tidak fokus.
Genta menggeleng, "gue gak apa-apa, El."
"Halah, buru cerita ato gue tendang!" ancam Ella yang langsung mendapat dengusan kasar dari Genta.
"Iya, cewek gue mau dijodohin sama cowok lain." kata Genta walau tangannya masih sibuk menulis laporan kesehatan beberapa pasien yang dibawah kontrolnya. Berusaha untuk tenang, karena saat ini mereka sedang berada di nurse station ada empat perawat didekat mereka ditambah dua dokter koas yang juga sibuk mencatat. Genta tidak ingin menarik perhatian tapi respon Ella malah menjadikan mereka pusat perhatian. "ck, lu tuh!" kesal Genta.
"Demi Nta? Kok lu gak ada usaha banget nahan pacar lu?" tanya Ella saat sudah mengendalikan suaranya, tapi, beberapa dari perawat mencuri dengar karena ini bersangkutan dengan dokter spesialis yang sangat terkenal dikalangan tenaga medis.
Genta menghembuskan nafasnya dengan berat, menghentikan kegiatannya sebentar dan fokus menatap rekan disampingnya. "ya, gue harus gimana El? Gue belum siap buat nikahin dia, tapi orangtuanya udah mendesak. Gue gak punya pilihan." curhat Genta dengan suara yang pelan.
Ella merinding sesaat mendengar suara Genta yang semakin memberat dan terdengar serak. "usaha dulu dong, bro. Lu dateng kerumahnya, ketemu orangtuanya dan jelasin. Gue yakin mereka bakal ngerti." kata Ella, menepuk bahu Genta untuk meyakinkan temannya itu.
Genta terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa karena Genta benar-benar tidak memiliki pilihan selain melepas Karin bersama pilihan orangtua gadis cantik itu. Ponsel Genta bergetar tanda pesan masuk, ia meraih ponsel dengan layar sentuh itu dan melihat nama Ella di pop up message. Genta langsung menoleh pada Ella yang cuma tersenyum. Gadis yang rambutnya dicepol tinggi itu melirik sekilas layar kunci ponsel Genta, menampilkan foto seorang gadis cantik yang berhijab tengah tersenyum kearah kamera.
Ella tahu, Genta sangat menyayangi gadis bermata bulat nan coklat itu. "gue tau dua hari nanti lu libur, ini kesempatan elu buat berjuang. Itu tiket kereta pulang-pergi Jogya-Malang." kata Ella menjelaskan.
Genta melayangkan tatapan kesal pada Ella, "gila ya lu, utang gue udah banyak La." keluh Genta, memang selama beberapa minggu ini keuangan Genta sedikit berantakan dan berakhir ia meminjam uang pada Ella untuk biaya makan.
Ella tertawa ringan, "udah, nanti malem berangkat. Lu bisa ganti uang gue ketika kita udah jadi dokter spesialis beneran." jawab Ella santai. Gadis mungil itu langsung berdiri, menepuk bahu Genta dua kali dan berlalu pergi begitu saja. Genta hanya menatap punggung Ella yang semakin menjauh, ada rasa tidak nyaman jika Ella terlalu baik padanya disaat Genta berpura-pura tidak tahu tentang perasaan yang disimpan oleh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA - fairbi✔️
FanficTAKDIR CINTA Aku kira kau terus bersedia untuk memperjuangkanku, sesiap aku berjuang untukmu. Tapi, aku tersadar kau tidak pernah berjuang untukku yang bukan bagaian dari kebahagianmu. Aku hanya sebuah persinggahan, buktinya kau pergi dengan nyaman...