TEKEN BINTANG SEBELUM BACA!
|||||
Wisnu pikir mendekati Karin akan sangat sulit karena awal perkenalan mereka Karin sangat cuek, bahkan tidak meliriknya. Tapi, semua terbantahkan akhir-akhir ini. Karin jauh sudah bisa menerima Wisnu Aldebaran.
Sudah hampir dua bulan Wisnu dan Karin tidak pernah bertemu, komunikasi hanya melalui media ponsel genggam. Karin juga akhir-akhir ini sering sibuk karena harus mengurus surat ini-itu untuk pernikahan mereka.
Wisnu jadi merasa tidak enak pada calon istrinya, karena sibuk sendiri lantaran Wisnu hanya bisa menunggu kabar. Sebenarnya, bisa saja Wisnu pulang-pergi Jakarta-Malang untuk membantu Karin tapi calon istrinya itu melarang. Walau hanya duduk dipesawat tetap saja melelahkan. Lagi pula ada Malik yang mengantarnya. Begitu kata Karin.
Di Jakarta sendiri, Wisnu tidak melakukan apa-apa untuk acara resepsinya yang diadakan dua hari setelah akad nikah. Bagaimana mau membantu, Wisnu tidak setuju dengan usulan mami saja sudah kena marah.
"Hafalan lo gimana?" tanya Fauzi saat makan siang bersama di cafetaria kantor.
"Lancar." jawab Wisnu.
"Udah hafal semua?" tanya Sakya dan Wisnu menggeleng. "buru hafalin, jangan sampai pas hari H belum hafal malu-maluin bangsa aja lo." kata Sakya yang mendapat delikan tajam dari Wisnu.
"Lo sama Karin gimana?" tanya Juna.
Wisnu meneguk air mineral digelas hingga tandas, "baik-baik aja."
"Lo ada masalah?" tanya Fauzi yang heran melihat gelagat Wisnu, terlihat tidak bersemangat. Biasanya, mendengar nama Karin saja sudah berhasil membuat Wisnu senyum-senyum layaknya orang gila.
Wisnu menghela nafas berat, tanpa menjawab juga seakan tiga orang yang bersamanya sudah sangat mengerti kemana arah pembicaraan yang akan Wisnu katakan. Empat kepala itu terdiam, entah termenung atau ingatan mereka kembali ke beberapa tahun lalu. Masa-masa yang sangat ingin mereka lupakan agar hidup mereka terus berjalan dengan baik.
"Gue semakin dekat sama Karin .., tapi, gue juga semakin ngerasa takut kalau Karin mengetahui masa lalu gue." kata Wisnu, kepalanya menunduk menatap sisa nasi dan lauk dipiring. Rasa laparnya hilang seketika. "apa mungkin Karin bisa menerima gue?"
Tidak ada yang menjawab karena mereka semua paham tapi tidak memiliki jalan keluar dari masalah yang Wisnu hadapi. Karena Karin berbeda dari yang lain.
Diumpamakan, Sonya sudah mengetahui seluk beluk Reihan dan menerima suaminya itu karena dulu ia adalah bagian dari mereka. Sedangkan, Karin .., bisa dibilang, gadis itu jauh dari bayangan masa lalu klub tujuh belas.
"Terus, lo mau jujur sama Karin?" tanya Juna.
Wisnu menggeleng, "gue takut Karin batalin pernikahan ini, pernikahan gue udah 60% hampir selesai. Gue takut papi serangan jantung."
"Tapi, Nu, emang bagusnya lo kasih tau Karin dari sekarang. Diterima atau engga urusan nanti." Fauzi mencoba memberi saran.
Wisnu hanya diam tidak ingin menjawab karena ia masih merasa bimbang dan takut. Masa lalunya cukup buruk, Karin yang terlalu baik dan dekat dengan agama mungkin akan menatap Wisnu dengan jijik dan tidak menerima semua itu lalu membatalkan pernikahan mereka.
Dimasa lalu, Wisnu bukan laki-laki yang baik. Tepatnya, semua anggota klub tujuh belas. Memiliki masa lalu yang cukup suram. Makanya dulu, Deka sempat bertanya apa Wisnu yakin akan meminang Karin?
"Gue gak bisa bilang, gue takut Karin ninggalin gue." kata Wisnu lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan tiga sahabatnya yang jadi pusing karena ikut memikirkan masalah Wisnu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA - fairbi✔️
FanfictionTAKDIR CINTA Aku kira kau terus bersedia untuk memperjuangkanku, sesiap aku berjuang untukmu. Tapi, aku tersadar kau tidak pernah berjuang untukku yang bukan bagaian dari kebahagianmu. Aku hanya sebuah persinggahan, buktinya kau pergi dengan nyaman...