TEKEN BINTANG SEBELUM BACA❗
|||||
"Assalamualaikum, cantik ..."
Gadis berhijab yang disapa demikian tertawa keras, merasa geli sekaligus lucu melihat laki-laki yang jauh-jauh datang ke Bandung menemuinya.
"Waalaikumsalam, Pak Supir." jawabnya dengan terkekeh.
Laki-laki bermata sipit dengan tampilan kasual itu hanya tersenyum melihat gadis berhijab yang baru saja keluar dari gedung tempatnya mengajar.
"Lo jadi direktur gabut banget kayanya, Kya." kata gadis yang membawa totebag serta tas gendong yang pasti isinya sebuah laptop dan beberapa buku.
Sakya mendekat kearah Nesya yang baru saja selesai mengajar disalah satu kampus negeri daerah Jatinangor, Bandung. Sakya meraih totebag milik Nesya membantu meringankan beban yang gadis itu bawa.
"Bosen, butuh refreshing gue." jawab Sakya, mengajak Nesya untuk masuk kedalam mobil yang mengantarnya dari Jakarta hingga Bandung.
"Dari jam berapa lo berangkat?" tanya Nesya sambil memakai seatbelt. Sakya menaruh totebag di bagian belakang, pun meraih tas Nesya dan meletakannya diposisi yang aman.
"Jam dua belas kalo gak salah, beres sholat langsung cabut." jawab Sakya sudah menarik rem tangan mobil untuk bergerak keluar dari parkiran.
Nesya menatap Sakya dari samping, "lo ngebut ya? Ini baru jam tiga sore dan lo udah sampe disini?" tanya Nesya dengan kerutan di dahinya.
Sakya tidak menjawab, hanya tertawa kecil dan Nesya tentu tahu kalau dugaannya benar. Mentang-mentang hari biasa dan jalanan lengan Sakya malah menjadi pembalap dadakan di jalan tol Jakarta - Bandung.
"Mau kemana nih?" tanya Sakya saat mobil sudah mendekati jalan raya, keluar dari lingkungan kampus tempat Nesya bekerja.
"Lo yang ngajakin juga." kata Nesya, tapi otaknya jadi berpikir tempat mana yang bisa mereka kunjungi sore ini.
"Lo kan orang Bandung, pasti tau mana tempat yang seru." kata Sakya.
"Tapi, gue lama di Malang." Nesya memberikan pembelaannya. "lagian, lo bilang nyokap, apa bokap lo sih yang orang Bandung? Lupa."
Sakya tidak menjawab, memilih belok ke kanan untuk bergabung bersama mobil-mobil lain. Sesaat tidak ada yang bersuara, bahkan musik di mobil tidak Sakya hidupkan. Nesya sesekali menatap Sakya yang tumben sekali tidak berisik seperti biasa. Bergelut dengan pikiran sendiri, tidak berani untuk bersuara dan Nesya menyimpulkan dugaan bahwa Sakya dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Sakya memasuki jalan tol untuk keluar dari Jatinangor menuju ke arah kota Bandung. Sakya terlihat sangat fokus membawa mobil, Nesya jadi yakin kalau Sakya sering berkunjung ke Bandung. Buktinya, laki-laki itu tidak memerlukan GPS sebagai alat bantu penunjuk jalan.
"Kya?" panggil Nesya.
"Hmm?"
"Lo ada masalah?" akhirnya Nesya bertanya karena sudah tidak nyaman dalam kondisi diam seperti orang tak saling kenal.
Sakya terkekeh, "kaga, Sya." jawab Sakya mencoba meyakinkan, sedangkan Nesya tetap menaruh curiga tapi gadis itu memilih untuk diam. "oh iya, kabar orangtua lo gimana?" tanya Sakya.
"Alhamdulillah, udah baik. Cuma bokap gue harus rutin cuci darah." jawab Nesya, ayah gadis itu menderita gagal ginjal sejak lama.
"Gue boleh ketemu orangtua lo, gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA - fairbi✔️
FanfictionTAKDIR CINTA Aku kira kau terus bersedia untuk memperjuangkanku, sesiap aku berjuang untukmu. Tapi, aku tersadar kau tidak pernah berjuang untukku yang bukan bagaian dari kebahagianmu. Aku hanya sebuah persinggahan, buktinya kau pergi dengan nyaman...