TEKEN BINTANG SEBELUM BACA❗
|||||
"Sayang, hape kamu bunyi." Wisnu memberitahu istrinya yang sedang berada didalam kamar mandi.
Laki-laki yang memakai piyama bewarna biru bergaris putih menatap layar ponsel istrinya yang menampilkan nama disertai embel-embel Mahasiswa dibelakangnya. Wisnu langsung menatap jam dinding dikamar mereka, sudah jam delapan malam ada apa mahasiswa Karin menelfon?
Karena Karin tidak menyahuti Wisnu, dengan inisiatif sendiri Wisnu menerima panggilan itu. Menaruh benda pipih milik Karin ditelinga sebelah kanannya. Wisnu tidak langsung bersuara, menunggu si penelfon berbicara.
"Assalamualaikum, Bu Karin?" suara laki-laki diseberang telfon membuat Wisnu mengerutkan dahinya.
"Waalaikumsalam." sahut Wisnu yang tidak tahu jika suaranya membuat si penelfon terkejut sekaligus panik karena takut salah menelfon. "ibu Karin lagi di kamar man---"
"Sayang, siapa?" tiba-tiba saja Karin bertanya saat membuka pintu kamar mandi.
Wisnu mengedikan bahu, langsung memberikan ponsel pada pemiliknya. Karin membaca rentetan nama yang ia simpan, langsung berbicara pada si penelfon yang memang benar salah satu mahasiswanya.
"Maaf, Bima, saya lupa." kata Karin yang bergegas menuju meja kerja menyerupai meja belajar milik anak sekolah. Wisnu sudah menawarkan membuat satu ruangan untuk Karin gunakan saat bekerja dirumah tapi istrinya menolak, katanya lebih nyaman seperti yang ada saja.
"Kenapa?" tanya Wisnu.
"Aku lupa mau zoom sama mahasiswa, soalnya tadi aku batalin kelas mereka."
Dengan cepat Karin menghidupkan laptop miliknya, masih menaruh ponsel ditelinga dengan cara diapit dibahu membuat kepalanya meneleng. Wisnu yang mengerti Karin pasti akan melakukan pertemuan via zoom dengan mahasiswanya segera keluar dari kamar.
"Maaf banget, ya? Hari ini saya batalin janji pertemuan tatap muka sama rekan-rekan, dan lupa kalau saya sendiri yang mengajak via zoom." kata Karin menyapa mahasiswanya yang sudah terlihat dibeberapa kotak yang berada dalam layar laptop.
Sekitar dua puluh mahasiswa hadir, mereka adalah mahasiswa yang mengikuti kelas tambahan dimata kuliah yang Karin pegang. Seharusnya, siang tadi Karin masuk kelas untuk mengajar tapi bentrok dengan rapat yang di adakan pihak prodi jurusannya. Jadi, dari pada menjadi hutang pertemuan Karin menyarankan untuk mengajar di zoom saja dan langsung disetujui mahasiswa. Karena jika mencari waktu lain, takut Karin selaku dosen yang tidak bisa.
"Kita mulai aja ya ..." Karin membuka pertemuan kelas mereka yang cukup larut untuk ukuran mengajar kelas reguler. Sebenarnya, Karin merasa tidak enak pada mahasiswanya tapi bagaimana lagi dari pada kelas pertemuan tidak berjalan.
Belajar-mengajar serta diskusi berjalan dengan santai, Karin selalu mengatakan pada mahasiswanya agar tidak terlalu tegang atau monoton saat belajar bersamanya. Karena bagi Karin cara mengajar yang membuat kelas tidak nyaman hanya membuat mahasiswa jadi sulit mencerna pelajaran yang ia berikan. Apa lagi, Karin hanya mengajar di tingkat dua dan tiga, benar-benar remaja yang sering mengeluhkan dunia kuliah. Jadi, sebisa mungkin Karin menciptakan suasana yang fresh.
Hampir di ujung pertemuan, pintu kamar terbuka dengan sedikit keras. Karin sampai terlonjak diatas kursi. Tubuhnya langsung berbalik melihat pelaku yang menyebabkan mahasiswanya juga ikut terkejut.
"Kamu ngapain, Nu?" tanya Karin melihat sang suami membuka lemari-lemari kecil yang menjadi tempat penyimpanan barang laki-laki itu.
"Liat macbook aku gak, Sayang? Aku dari tadi nyari di ruang kerja sama kamar gaming gak ada. Aku butuh macbook itu soalnya." kata Wisnu sibuk mencari, kini alihnya pindah ke meja-meja nakas dikamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA - fairbi✔️
FanfictionTAKDIR CINTA Aku kira kau terus bersedia untuk memperjuangkanku, sesiap aku berjuang untukmu. Tapi, aku tersadar kau tidak pernah berjuang untukku yang bukan bagaian dari kebahagianmu. Aku hanya sebuah persinggahan, buktinya kau pergi dengan nyaman...