04

25K 1.3K 72
                                    


Kejadian di koridor tadi sukses membuat Abel tersulut emosi. Apa lagi ketika Abi berkata yang membuat hatinya teriris.

Flashback on

"Pacar? Haha mau-maunya lo sama cewe kaya dia! Lo mau tahu kenapa gue benci sama dia? Karena dia ... hidup gue hancur! Karena dia dan nyokapnya udah bikin gue kehilangan orang yang paling gue sayang! Dan lo masih mau sama perempuan penjilat ini?" Abel tertawa sumbang di akhir dia bicara.

Sedangkan Citra sudah menangis tersedu-sedu membuat Abi naik pitam.

"Cukup! Lo kayanya gak pernah di didik sama orang tua lo, ya? Lo ngatain Citra tapi lo gak ngaca sama diri lo sendiri, cih menjijikan," decihnya.

"Iya! Lo bener! Gue emang gak pernah di didik sama orang tua gue! Lo tahu kenapa? Karena orang tua gue udah mati!" teriak Abel dengan napas tak beraturan.

Abi terdiam dengan apa yang di ucapkan Abel. Rasa bersalah kini mulai mencuat di hatinya. Apa dia sudah keterlaluan?

"Bilangin sama pacar lo, gue bakalan bikin hidup dia sengsara! Dan rasa benci gue ke lo semakin bertambah, gue makin tertantang buat bikin lo berdua menderita," ucapnya di sambung dengan senyum meremehkan. Kemudian berlalu meninggalkan mereka semua dengan tangan yang mengepal.

Flashback off

"Gue bener-bener benci sama mereka berdua," gumam Abel dengan tangan yang mengepal.

"Gue benci sama Citra! Gue benci!" teriaknya dengan isakan yang mulai terdengar.

Abel menelungkupkan wajahnya pada bantal, dia hanya butuh ketenangan saat ini.

"Kenapa dia selalu bisa dapetin segalanya? Keluarga yang utuh dan pacar yang selalu ngelindunginya. Miris banget hidup gue," gumamnya.

Dengan tiba-tiba Abel bangun dan kembali ke mode bodo amatnya.
"Najis banget gue ngingetin mereka, mending gue maraton drakor!"

Abel membuka laptopnya dan mencari drakor apa yang akan dia tonton, dia lebih suka drakor yang menantang bukan yang menye-menye, contohnya sekarang dia akan menonton salah satu drakor yang lagi buming, yaitu vincenzo.

Abel hanyut dalam drakor yang dia tonton, kadang dia berfikir seandainya alur hidupnya bisa semenarik film yang dia tonton pasti akan menyenangkan.

_________________________

Di sisi lain seorang pria yang tak lain adalah Abi sedang berkutan dengan komputernya.

Kejadian di koridor tadi membuat rasa bersalahnya tak kunjung reda, namun apa salah jika Abi membela orang yang dua suka sedang di rendahkan oleh orang lain? Mungkin jawabannya tidak salah, namun cara dia membalas perkataan Abel yang salah.

"Arrgh, bisa-bisanya gue ngomong gitu," kesalnya dengan bersandar pada kursi yang dia duduki.

"Ck, gak usah di fikirin. Lo fikirin aja gimana caranya ngelindungin Citra," monolognya.

Ya, Abi dan Citra memang sudah menjalin pertemanan semenjak setengah tahun terakhir, Citra si anak baru yang mampu meluluhkan hati Abi yang dingin.

"Hallo?" ucap Abi ketika panggilannya dia ngkat oleh kekasihnya.

"Iya kak, ada apa?"

"Kamu bisa ke tempat biasa?"

"Bisa, memangnya ada apa kak? Kok tumben mendadak,"

"Ada yang mau aku kasih buat kamu!" jawabnya dengan memandang kotak di tangannya.

"Yaudah, kalau gitu aku siap-siap dulu, ya kak. Sampai jumpa di sana!"

Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang