32

20.4K 1.1K 27
                                    

Hai aku balik lagi^^ maaf kalo part kali ini dikit ya;))

Aku butuh saran kalian nih, guys! Jadi aku mau ganti judul, menurut kalian apa judul yang cocok buat cerita ini?

Jawab ya!

Jangan lupa vote+comen yang banyak, i love you guys<3

*

Dua hari setelah kejadian dimana Abi yang marah juga Abel yang menyatakan cinta untuk yang ke sekian kalinya, kini mereka mulai lebih terbuka walau hanya sedikit.

"Muka lo berseri-seri, Bel. Cerita kali!" ucap Laura ketika melihat Abel senyum-senyum sendiri.

Karena tak mendapat balasan dari Abel, sontak Laura mendekarkan mulutnya pada telinga Abel, kemudian "WOY!!"

Abel terlonjak kaget sembari mengusap-usap telinganya yang berdenging, "gila lo!"

"Sorry, hehe,"

"Kebiasaan. Kenapasih?"

"Lo juga kenapa gak jawab pertanyaan gue!"

Abel menatap Laura dengan bingung, "pertanyaan yang mana?"

"Emang bener-bener lo!" serunya dengan kesal. "Gue tanya, lo lagi seneng atau gimana? Senyum-senyum mulu dari tadi,"

Senyuman Abel merekah ketika mendengar pertanyaan Laura, kemudian memeluk Laura dengan erat.

"Aaaa! Gue seneng banget! Lo tau kenapa?"

"Mana gue tau! Lo belum cerita!" sewotnya sembari melepaskan pelukan Abel membuat Abel terkekeh.

"Abi mulai bisa nerima gue, Ra! Dia bolehin gue perjuangin dia, gue seneng banget, seenggaknya masih ada kesempatan buat dapetin hatinya!"

Bukannya ikut bahagia Laura lebih memilih memutar bola matanya jengah. "Lo masih ngarep sama dia? Setelah lo di bentak-bentak depan banyak orang?"

Abel mengangguk dengan polosnya membuat Laura menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "lo bego atau gimana?!"

"Kenapa? Gue cinta sama dia, Ra!"

"Haduh. Abelku sayang, kemana lo yang cuek? Kenapa sekarang jadi bego karena cinta kaya gini!"

"Apasih lebay," gumamnya.

"Nih ya, lo harusnya mikir! Dia masih punya Citra, gak mungkin dia berpaling dari cewe sebaik Citra! Bukannya apa-apa, tapi lo pasti tau gimana penampilan Citra? Dia alim, baik, lemah lembut ..."

"Maksud lo gue nggak baik?" potong Abel dengan garang.

"Hehe, gue gak bilang gitu!" cengirnya membuat Abel mendengkus.

"Tapi ... apa yang lo omongin ada benernya juga, sih. Ah gak tau, Gue pusing!"

Laura mengusap pundak Abel dengan prihatin, "yaudah. Lo kalo emang bener-bener cinta sama dia, lo kejar! Tapi ... kalo dia nyakitin lo, lo bisa langsung bilang sama gue, gue bisa hajar dia sampe bawa dia ke peristirahatan terakhir!"

"Lo emang temen ter the best gue!" serunya dengan memeluk Laura lagi.

"Hmm. Btw, lo kapan cek kandungan?"

"Emm, besok mungkin, tapi gak tau juga. Ceritanyasih gue mau ajak Abi buat nemenin gue, tapi gue gak tau dia bisa atau nggak,"

Laura mengangguk mengerti. "Kalo dia gak bisa, lo telpon gue atau Abu aja! Kita pasti bakalan nemenin lo!"

"Sip!"

"Selamat pagi anak-anak!" ucap seorang guru perempuan yang baru saja masuk, membuat atensi Abel dan Laura teralihakan dan menatap guru tersebut.

Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang