9

388 60 9
                                        

"Hubungan dibangun atas dasar cinta atau komitmen?, aku tidak tahu. Yang pasti aku merasa nyaman bersamamu. Dan entah sampai kapan rasa nyaman itu akan bertahan di tempatnya."

........................................

Dua pekan setelah pernikahan. Pukul 8.00 WITA di hari jum'at yang sangat sibuk. Biasanya hampir semua penghuni rumah Ust. Fathcholis tak berada di rumah. Kecuali Pak Pardi satpam, dan Mang Asep, ART. Hari ini adalah hari dimana agenda dakwah dilaksanakan seharian penuh jika tidak ada urgensi kumpul keluarga.

Tuan rumah yang masih tersisa adalah Fildan yang sedang menyiapkan materi taklim untuk para anggota ROHIS SMKN 4 Samarinda pukul 9.30 WITA nanti. Sedang Lesti isterinya sudah berangkat pukul 6.30 WITA untuk kuliah. Sebelumnya Lesti telah memasakkan sarapan untuk para penghuni rumah. Namun belum sempat makan, Lesti sudah ijin pergi.

"Sarapannya udah siap kan?, kenapa gak sarapan dulu sih?," tanya Fildan.

Lesti menggeleng cepat, mencium tangan Fildan dan segera pergi dari rumah.

Fildan menatap curiga, pasalnya selama sepekan ini ada 3 hari di mana Lesti keluar rumah sebelum jam sarapan. Tetapi ia memilih diam, menunggu sang isteri bercerita dengan sendirinya.

Kecurigaan Fildan semakin menjadi ketika jam mengisi materinya sudah masuk. Lesti dikabarkan pingsan di kampus. Hal yang aneh bagi seorang gadis kuat yang tidak pernah terlihat sakit tersebut.

".."

"Wa'alaikumussalam. Iya, ini Fildan. Ada yang bisa ane bantu?."

"......"

"Innalillahi wa inna ilaihi raaji'un. Na'am. Ane bisa minta tolong jagakan isteri ane dulu?, ane masih jadwal ngisi taklim."

"Jazakallah khoir, wa'alaikumussalam."

Fildan menutup panggilannya dan menatap ke arah para anggota ROHIS calon binaannya.

"Bismillah, isterimu baik - baik saja Fildan. Amanahmu dulu," gumamnya seraya melangkahkan kaki ke dalam masjid berwarna dasar putih biru langit itu.

"E.. afwan. Ana ke samping sebentar."

Fildan berjalan ke samping tempat wudhu para ikhwan. Dengan sembunyi - sembunyi ia meminum obat pereda sakitnya. Dada Fildan terasa sesak karena memikirkan keadaan sang isteri.

Setelah membaik, Fildan segera kembali ke depan mimbar untuk memberikan materi. Fildan tampil prima selama hampir dua jam mengisi materi. Tidak tampak pada dirinya tengah menahan sakit ataupun wajah khawatir.

"Nah, jadi sampai situ materinya. Adek - adek paham ya?, urgensi Islam dalam kehidupan sehari - hari kita. Ternyata, ibadah dalam Islam gak sekadar ngaji sama shalat. Senyum sama saudara juga ibadah, terus apalagi perbuatan bernilai ibadah? Coba menurut ade - ade," tanya Fildan.

"Bantu orang tua.."

"Oh iya, birrul walidain ya?, terus?,"

"Jujur dalam belajar dan ulangan."

"Bener lagi, Jujur itu kalau versi Nabi itu Shiddiq atau dapat dipercaya ya?. Terus apalagi?."

"Menjauhi Ghibah."

"Menjauhi ghibah, termasuk juga ibadah ya. Maasyaa Allah,. Ada lagi?."

"Banyakk."

Fildan terkekeh mendengar jawaban terakhir jama'ah taklim mudanya. Dia segera menutup materi dengan penuh semangat.

"Alhamdulillah, berarti kita semakin paham ya. Bahwa semua perbuatan baik yang dilandasi niat Lillahi ta'ala terhitung sebagai ibaa.." Fildan menggantung kata -katanya.

Bismillah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang