10

472 65 22
                                    

Fajar menyingsing. Dua orang yang sedang merajut benang - benang cinta itu tengah berbaring di atas ranjang, saling menatap, mengobrol hingga bercanda. Penuh keceriaan disambi dengan sentuhan - sentuhan penuh kasih sayang. Tak nampak bahwa hubungan yang indah ini masih berbentuk setengah hati.

Fildan mengecup singkat pipi sang isteri sambil terus mendengarkan ocehannya. Sedari selesai shalat subuh dan mengaji, Lesti terus bercerita berbagai hal tentang hidupnya. Nyaris keseluruhannya sama dengan apa yang Fildan dapat dari sang abah.

"Nah, gitu Kak. Jadi Lesti tinggal sama saudara sepupu dua kali ayah. Tapi setelah itu Lesti hidup mandiri dan ketemu sama teman - teman sekolah yang sekarang jadi sahabat Lesti. Tapi paling kenalnya sama Kak Aulia dan Nia, soalnya dari SD bareng mereka," terang Lesti panjang lebar.

Fildan hanya menyimak dan sesekali mengangguk kepala. Tetapi tangannya tidak berhenti bergerak, kadang mengusap di kepala, pundak, atau lengan Lesti. Sesekali juga ia mencium tangan sang isteri dan mendekapnya.

"Lalu?."

"Gak lalu - lalu Kak. Pas dah SMK tinggal bareng mereka, soalnya ortu Kak Aulia itu dari daerah jadi Kak Aulia merantau sama Kakaknya, tapi semenjak SMK bareng Lesti. Kalau Nia, aslinya dari Samarinda, tapi keturunan Sulawesi, ngekos karena ortunya sering ke luar daerah buat dinas. Terus juga ada Meli sama Rara yang baru kenal di SMK. Tapi deket karena satu kelas dan tiap hari nongol di kosan."

"Hemm. Pantes deket banget ya."

"Iya Kak. Pokoknya hidup Lesti ya sekitaran mereka. Gak bisa jauh. Nah pas Nia sama Meli ke Bandung, rasanya tu kurang nanget hidup kami. Syukur ada Kak Fildan yang bikin Lesti jadi full bahagia."

"Ohya?." Fildan mendekatkan wajahnya ke wajah Lesti.

"Huffht." Lesti meniup wajah Fildan.

"Aroma mulut Lesti harum ya," ucap Fildan.

"Iya dong. Lesti kan pakai pasta gigi rasa strawberry."

Fildan terkekeh dan mengusap kening Lesti, "itu bukannya odol buat anak - anak? Lesti udah 18 tahun loh."

"Habis pedes kak kalau odol biasa."

"Kan beda bahan neng." Fildan menghantupkan pelan keningnya dan kening Lesti, membuat gadis itu tertawa geli.

"Biarin kak. Yang penting bersih."

Tanpa sadar Lesti menahan wajah Fildan agar tetap berada di tempatnya. Kening bertemu kening dan hidung bertemu hidung. Napas mereka saling menderu di sekitar. Perpaduan mint dan strawberry dari keduanya.

Fildan menurunkan pandangan matanya. Begitupun dengan Lesti.

"Gini aja dulu ya Kak," pinta Lesti.

Fildan pun mengangguk mengiyakan.

"Apa kamu menginginkan lebih dari ini dek?."

"Lesti hanya ingin bersama Kakak selamanya, bahkan lebih dari selamanya. Lesti tidak akan menuntut apapun Kak."

"Terimakasih dek."

Fildan menggeser kepala dan menyembunyikan wajahnya di pundak kiri Lesti. Satu tangannya pun merangkul Lesti, sedang tangannya yang lain berada di tengah - tengah mereka.

"Kak."

"Hem?."

"Lesti siapin sarapan dulu ya. Udah jam 6. Kakak baca Al Ma'tsurat aja."

Fildan mengangkat dagunya dengan wajah cemberut. Namun sedetik kemudian ia mengangguk dan memundurkan tubuhnya.

"Sini."

Bismillah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang