"Yang dipersatukan karena Allah akan berpisah karena Allah jua. Benarkah hati ikhlas?."
*****
"Kak, bangun dong. Pian guring tarus (anda tidur terus) ah, jam 3 ini."
Fildan menarik tubuh Lesti kembali masuk ke dalam selimut. Memeluknya erat sampai sang gadis, ups maaf, maksudnya wanita. Semalam Lesti telah sepenuhnya menyempurnakan ibadah bathiniyahnya kepada sang suami. Meski untuk semua itu, Fildan harus menjalani operasi jantung terbuka agar dapat menggunakan Left Ventricular Assist Device (LVAD) yaitu pompa mekanik yang ditanam di dalam dada pasien untuk membantu jantung memompa darah di dalam tubuh. Fildan rela melakukannya agar dapat memenuhi impian sang isteri yang juga telah menjadi impiannya sendiri.
"Terimakasih," ucap Fildan seraya mencium kening Lesti. Setitik air mata berhasil keluar dari sudut mata Lesti. Diciumnya pipi Fildan dengan lembut dan membalas pelukannya dari samping agar tak mengenai alat LVAD Fildan.
"Aku yang berterimakasih karena kamu mau menjalani operasi menyakitkan itu demi menyempurnakan ikhtiar kita. Aku mencintaimu Fildan."
"Ya, tapi belum bisa maksimal, tipis - tipislah mainnya, hahaha."
Wajah Lesti merona karena godaan sang ustadz muda. Benar memang, mereka tidak dapat melakukan hubungan intim seperti pasangan pada umumnya. Fildan masih tidak boleh beraktivitas berlebihan dengan kondisinya yang menggunakan alat pompa jantung mekanik tersebut.
"Padahal masih pengen," ucap Fildan yang membuat Lesti semakin menyembunyikan wajahnya di dalam ceruk leher Fildan.
"Jangan ngomong aneh - aneh," ucap Lesti dengan nada ketus tetapi wajah semakin merah merona.
"Jazakillah khoir sayang. Kak Fildan merasa sudah sempurna menjadi seorang suami setelah memenuhi hakmu ini."
Lesti mencubit pelan lengan Fildan, "hemmm, antum memang menyempurnakanku kak."
"Hehe." Fildan terkekeh dan kembali mencumbu sang isteri.
***
Cinta dan mencintai karena Allah, itulah arti keindahan. Dan keindahan itu dirasakan pula oleh Fildan dan Lesti.
Meski belum jua yang diharapkan terwujud setelah hampir setahun pernikahan mereka. Keduanya ikhlas merajut kasih dengan niat beribadah. Semakin bertambah indah, dengan niat Lillah.
Namun kabar buruk tak lepas dari surgawi dunia ini. LVAD yang ditanam di tubuh Fildan masih tak mampu menopang kehidupannya. Fildan kembali drop dan harus menjalani hari - harinya pulang dan pergi rumah sakit. Beruntung, di sisinya ada sang isteri yang setia menemani. Menguatkan jiwanya yang mulai menyerah pada takdir.
"Hemmph, sesak lagi sayang," keluh Fildan. Lesti segera mengambilkan obat untuknya. Setelah itu membantu Fildan untuk berbaring.
"Rehat ya sayang," pinta Lesti.
Fildan menunduk pasrah. Ini adalah masa dimana ia harus berjuang menyelesaikan skripsinya. Namun sakit yang menggerogoti tubuhnya justru semakin menjadi. Jangankan berjalan, berdiripun ia merasa sakit.
"Hummf, Lesti boleh peluk kakak?."
Lesti mengangguk pelan dan melaksanakan perintah. Dipeluknya Fildan dari samping. Setitik air matanya pun turun perlahan di pipi kirinya yang menempel di dada kanan Fildan. Sedang tangan kanannya menjaga agar tak menyentuh LVAD yang melingkar dari depan dada kiri Fildan ke belakang dengan beberapa sambungan pipa ke pinggangnya. Benda itu tak boleh tersentuh sembarangan karena akan sulit memperbaiki posisinya tanpa pergi ke rumah sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Cinta (END)
Romansa"Karena puncak dari cinta bukan sekadar memiliki dalam pernikahan." "Ketika kamu bosan dengan kondisi ini, percayalah padaku, dan percayalah pada cinta."