Lesti PoV
Aku Lestiani Mulia. Kalian bisa memanggilku Lesti. Aku adalah pelajar di SMKN 4 Samarinda kelas 12 jurusan Akuntansi. Usiaku sekarang 17 tahun.
Aku adalah seorang piatu. Ibuku meninggal saat aku kecil. Sedang ayahku sibuk dengan isteri barunya. Beliau hanya mengirimiku uang setiap bulannya. Itupun dengan nominal yang kurang kalau dibandingkan dengan biaya hidup di Kalimantan Timur yang terbilang tinggi di antara 34 provinsi di Indonesia. Aku terpaksa mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bekerja apapun asal halal dan biaya kos, sekolah maupun jajanku terpenuhi. Itu semua sudah kulakukan dari lulus SD sejak ditinggalkan ayah di provinsi bergelar Bumi Etam ini.
Setelah lulus, aku berencana kuliah di Universitas Mulawarman, aku tidak tahu akan dapat biaya darimana. Yang jelas dan pasti. Aku harus masuk dulu ke Universitas terbesar di Kaltim itu. Aku tidak mau menyia-nyiakan masa mudaku dan menjadikan masa tuaku terlantar. Aku ingin menimba ilmu sebanyak mungkin agar ayah tahu, aku mampu melanjutkan hidup meski tanpa dirinya.
Kehidupanku semakin berwarna ketika aku bertemu dia di calon kampusku. Pemuda yang hidupnya jauh di atasku. Tetapi telah kupastikan akan menjadi kekasih terakhirku. Kekasih terakhir?, ya begitu. Aku punya banyak kekasih. Aku memanfaatkan mereka untuk menambah kemampuanku bertahan di sini. Sekalian untuk menghibur hatiku yang seringkali merasa kesepian karena sudah ditinggalkan orang terdekatku. Terkadang juga hanya sekadar pembuktian bahwa tidak ada satupun lelaki yang tidak bisa kutaklukkan. Setelah aku bosan, ya kuputuskan.
Pemuda satu ini berbeda. Arti tatapannya tidak bisa kujangkau, makna senyum di wajahnya tidak bisa kutebak, dan perilaku baiknya tidak bisa kupahami dengan sekilas jumpa seperti semua pemuda yang selama ini mendekatiku. Dia membuatku penasaran.
Yang paling membingungkan, untuk pertama kalinya dalam hidupku. Aku memikirkan dirinya lebih dari satu jam setelah pertemuan kami. Mungkin aku sudah jatuh cinta padanya. Ya, aku jatuh cinta pada pandangan pertama, sejak mengenal dirinya.
Aku bertekad, dia milikku. Bukan akan, tetapi dia milikku. Itu keputusanku, dan akan menjadi jalan takdir kami. Apapun yang terjadi.
***Author PoV.
"Di manapun ada bayanganmu, kemanapun ada bayanganmu, di semua waktuku ada bayangmu, kekasihku..."
Mata Lesti terus menatap langit yang berlekuk - lekuk seolah berbentuk wajah seseorang. Wajah sosok pemuda berkulit hitam manis, berlesung pipit di pipi kanan, gigi putih, mata kecil, dengan tinggi yang Gandengable untuk dibawa kemanapun pergi, tidak tinggi, tidak juga pendek. PAS untuk seorang Lestiani.
"Wagelaseh. Ulun love at the first sight (aku cinta pada pandangan pertama). WOAAAAAAH," seru Lesti layaknya orang gila di balkon kosnya yang berada di lantai dua. Membuat para penghuni lain mendatanginya, mengira sesuatu terjadi.
"Kunaon Teh Les?, siapa ganggu teteh, sini biar Meli tampol," seru Meli si Karateka. Sahabat Lesti.
"Iya Kak Les, pian (anda) digangguin siapa ?," timpal Nia, si polos garing namun cantik mempesona.
Aulia si mungil berisi tetapi bermulut pedes manis tak mau kalah, "Lesti kalau ada masalah hidup, ceritain aja. Jangan teriak - teriak kek orang gila deh."
Lesti menatap ketiga sahabat bobbrok sekosnya itu dengan tatapan siap tempur, "kalian bosan hidup?," serunya mengeteki Meli sambil menjewer telinga kedua sahabatnya yang lain.
"Aduuuh duh, ampun Teh Les," ringis Meli. Meskipun dia paling kuat di antara mereka berempat, tetapi wibawa ketua geng Gong Lesti sangat ia muliakan. Dia juga sudah menganggap Lesti sebagai kakaknya sendiri.
Begitupun dengan Nia yang selalu dilindungi oleh Lesti dan dua sahabat lainnya itu. Sedang Aulia, dia bukan tak berani melawan. Tetapi dia menyayangi ketiga sahabat bobbroknya sebagai seorang kakak. Karena dia yang berusia paling tua di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Cinta (END)
Romansa"Karena puncak dari cinta bukan sekadar memiliki dalam pernikahan." "Ketika kamu bosan dengan kondisi ini, percayalah padaku, dan percayalah pada cinta."