Lesti asyik bermain dengan Fadli ketika sebuah tangan besar merengkuhnya dari belakang. Menghadiahinya kecupan di pipinya.
"Anak terus diasuh. Abanya kapan?."
Senyuman kecil Lesti terbit dan menarik pipinya di bibir pria yang tak lain adalah suaminya tercinta.
"Kak Fildan, ini ada Fadli loh. Gak baik nunjukin kemesraan di depan anak. Bisa ngerusak daya khayal mereka."
"Fadli lagi asyik main. Mana ngeh dia sama kita."
"Dia bisa mencontoh Kak, walaupun gak ngerti."
"Hemm. Ya udah."
Fildan melepaskan pelukannya dan segera keluar dari kamarnya. Melihat itu Lesti jadi merasa bersalah.
"Put, temanin Fadli main ya. Kak Lesti ada urusan sama abang," ujarnya kepada Putri yang asyik bermain handphone di kamarnya sendiri. Putri segera berlari menjemput pangeran kecil kesayangannya.
"Ayoo Fadli, main sama Amah Mput. Yeaay."
Lesti tersenyum, diciumnya pipi Putri dan Fadli bergantian, "makasih adikku sayang.
"Sama - sama kakakku sayang."
Lesti segera berlari mencari Fildan. Dan ia menemukan pria itu tengah bersungut kesal di ruang kerjanya. Entah memikirkan apa.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Fildan menjawab salam Lesti tetapi membalik kursi membelakanginya. Lesti berjalan pelan mendekat, sebelumnya ia mengunci pintu agar tak ada yang mengganggu mereka.
"Aba sayang."
"Hmm."
Kecupan lembut bertubi - tubi menyentuh wajah manis sang pria sholeh. Membuatnya tersenyum dan menarik si pelaku ke atas pangkuannya.
"Maaf, Uma bikin Aba kesal."
Fildan menggeleng dan mengecup jemari Lesti lalu mendekapnya.
"Never mind."
Lesti merasakan keanehan di wajah Fildan. Diusapnya pelan pipi sang suami. Mata indah itu memiliki binaran yang berbeda hari ini.
"Aba lelah sekali ya. Uma bikinin sesuatu?."
Fildan kembali menggeleng dan menarik Lesti agar merapat padanya. Jadilah kepala Fildan menempel di dada sang isteri. Fildan menghirup dalam - dalam aroma lembut khas Lesti. Aroma yang selalu menenangkannya.
Usapan lembut terus mengenai belakang kepala Fildan disertai kecupan di puncak kepalanya. Lesti paham. Ada sesuatu yang pria ini sembunyikan, tetapi Lesti tidak ingin bertanya. Ia akan menunggu sampai Fildan sendiri yang menceritakan.
"Uma selalu bisa membuat Aba tenang sayang. Jazakillah khoir."
"Waiyyaka Aba. Itulah gunanya seorang isteri, memberi ketenangan di hati suami dalam keadaan apapun. Aasiif jiddan kalau Umma sering gak paham maksud Aba."
Fildan menggeleng, menghela napas panjang, lalu kembali merapatkan pelukannya. Perlahan ia terlelap dengan posisi masih mendekap erat sang isteri.
"Suamiku kenapa ya?."
Lesti duduk tenang di atas pangkuan Fildan. Ia tidak menghiraukan punggung yang mulai pegal karena posisi duduknya. Baginya yang penting suaminya merasa nyaman.
Baru beberapa menit tertidur, mata Fildan sudah terbuka lagi. Diperhatikannya wajah sang isteri yang tampak teduh.
Chup

KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Cinta (END)
Romance"Karena puncak dari cinta bukan sekadar memiliki dalam pernikahan." "Ketika kamu bosan dengan kondisi ini, percayalah padaku, dan percayalah pada cinta."