❤Vote🤍
Hari H Pernikahan Fildan Lesti.
Lesti memandang wajahnya di cermin. Tampak cantik sekali. Bukan dia memuji dirinya sendiri karena virus narsisme. Namun ia mendapat pujian itu dari orang sekelilingnya. Dan yang paling penting, dari calon imam yang tanpa sengaja bertemu saat ia ingin pergi ke toilet.
Lesti yang belum mengenakan pakaian pengantinnya keluar kamar rias untuk mencari toilet. Dia sudah kebelet, sedangkan toilet pribadi di kamar itu dipakai Salfina Putri atau yang akrab dipanggil Putri, adik sepupu Fildan yang sedang mandi. Karena memang itu kamar Salfina. Dan gadis itu mandinya tidak sebentar.
"Permisi, aucch."
Tanpa sengaja ia bertabrakan dengan Fildan yang baru selesai menggunakan toilet di lantai 1 itu.
"A..a....afwan dek." Ujar Fildan menunduk malu.
"Gak papa Kak Fildan. Lesti masuk dulu ya. Kebelet."
Lesti meluncur masuk ke dalam toilet. Namun ia sempat mendengar ucapan lirih sang pujaan hati.
"Maasyaa Allah."
Lesti batal mengunci pintu toilet dan menyembulkan wajahnya. Menyadari itu Fildan langsung berlari menjauh.
Lesti terkekeh dan langsung mengunci pintu toilet. Lima menit kemudian ia keluar dengan wajah mesem - mesem sendiri. Tentu saja karena ucapan lirih Fildan yang begitu jelas di telinganya.
"Maasyaa Allah" adalah kalimat pujian kepada Allah karena melihat atau mendengar keindahan ciptaanNya. Artinya, Fildan secara tidak langsung telah memuji Lesti.
"Haee. Haee." Lesti bergoyang bahu mengikuti irama lagu yang berputar di otaknya sendiri.
"Ehm."
Tubuh Lesti menegang mendengar dehaman seseorang yang tak lain berasal dari calon mertuanya.
"Haaah, aa.. abah. Lesti balik kamar rias ya. Dadah..."
Malu bukan main rasanya jika terciduk di depan calon mertua. Namun bukannya kesal, sang ustadz besar justru tersenyum melihat tingkah konyol calon menantunya.
"Haaaufh, haaaufh, haaaufh. Keciduk dua kali dong. Yaa Allah Kak Fildan.." Lesti menutup wajahnya dengan kedua tangan.
***
Semua persiapan selesai. Prosesi akad akan dimulai. Lesti akan menikah dengan diwakili wali hakim karena sang ayah tidak dapat dihubungi hingga detik ini setelah bertahun - tahun meninggalkannya. Sedang Lesti maupun kedua orang tuanya masing - masing adalah anak tunggal dan perantau, tidak jelas sanak saudaranya di Kalimantan Timur."Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq"
(Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah).Fildan mengucapkannya dengan lantang dalam satu tarikan napas. Ucapannya disambut riuh seluruh tamu undangan dengan doa penuh keharuan. Terkhusus dirinya sendiri yang tanpa sadar menitikkan air matanya.
Setelah prosesi akad, Lesti dengan didampingi oleh Amah Shoi dibawa ke tengah - tengah ruangan dimana meja penghulu dan sang suaminya berada. Lesti terus merunduk dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
"Duduk Nak," titah Amah Shoi.
Lesti mengangguk pelan dan duduk di samping Fildan. Ohya, jangan kira jika saat ini si gadis yang merunduk malu karena berdampingan dengan suaminya. Kenyataan justru sebaliknya. Lesti bersikap tenang dengan senyuman bahagianya menatap Fildan. Sedang si pemuda justru bersikap tegang bercampur malu - malu. Apalagi ketika tanpa sengaja Lesti nyaris terjatuh dan memegang pundaknya. Seolah tersetrum, Fildan sontak bergeser. Benar - benar nyaris Lesti mencium meja penghulu jika Fildan dan Amah shoinya tidak buru - buru menangkapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Cinta (END)
Romance"Karena puncak dari cinta bukan sekadar memiliki dalam pernikahan." "Ketika kamu bosan dengan kondisi ini, percayalah padaku, dan percayalah pada cinta."