Mad

889 101 0
                                    

Lisa POV

Aku mengusap air mataku agar Jennie tidak curiga, semoga mataku tidak kelihatan seperti habis menangis. Cengeng sekali aku hari ini.

Aku membuka pintu Jennie, dan mendapati ia tengah memainkan ponselnya. Tanpa menyapanya aku langsung menaruh syal itu di atas kasurnya,"Kau meninggalkan ini di mobil Jiyong Oppa," aku sengaja menekankan kata Jiyong Oppa, tapi tanpa menunggu ia mengeluarkan suara aku langsung berjalan keluar kamarnya.

Aku berjalan ke arah kamarku dan mengunci pintu kamar, terdiam menatap lurus kedepan. Tidak, lebih tepatnya aku melamun, memikirkan apa yang terjadi barusan.

Jennie membohongiku? Lagi? Dan kebohongan yang kedua memberi jawaban atas kebohongan pertama. Jennie pergi dengan Jiyong Oppa. Apa yang dipikirkannya, apakah ia membahas suatu project musik dengan Jiyong Oppa?

Shit, disaat seperti ini aku tidak bisa berpikir jernih, pikiranku hanya aku terluka karena Jennie telah membohongiku lagi.

Aku tersadar dari lamunanku ketika terdengar ada yang mengetuk pintu kamarku, pasti Jisoo Unnie. Aku berjalan membuka pintu kamarku, bukan cuma Jisoo Unnie, tapi Jennie juga ada di depan kamarku.

"Masuklah, Unnie!" Aku menepi untuk memberi Jisoo Unnie jalan, lalu aku langsung menutup pintu kamarku tanpa menatap Jennie, tapi sebelum aku menutupnya ada kaki yang mengganjal pintuku.

"Apa?" kaki Jennie menghalangiku untuk menutup pintu. Aku menjadi lebih marah kali ini, aku tidak ingin melihatnya untuk saat ini.

Aku menatap Jisoo Unnie meminta bantuan. Jisoo Unnie menggelengkan kepalanya,"Pergilah ke kamarmu Jennie-ya!"  aku berjalan dan duduk di samping ranjangku, sepertinya Jisoo Unnie berhasil menyuruh Jennie kembali ke kamarnya.

Jisoo melipat tangan di dadanya dan menatapku dengan sorot mata yang tajam,"Apa ada sesuatu yang terjadi lagi Lisa?"

Aku menundukkan kepalaku ke bawah, aku menangis kembali."Dia membohongiku dua kali hari ini, Unnie," Air mataku terus mengalir, aku tidak malu menangis didepan Jisoo Unnie, hanya dia yang mengerti keadaanku sekarang.

Jisoo Unnie menempelkan kepalaku ke perutnya, lalu mengusap punggungku dengan lembut. Dia seperti kakak kandungku, aku sangat menyayanginya,"Unnie, apakah salah jika aku marah?" Jisoo Unnie terkekeh mendengar pertanyaanku. Aku mendongak menatap wajahnya lalu mendengus karena aku kesal, pertanyaanku diabaikan.

" Ya ya ya! Kau merajuk padaku juga Lisa?" Tanpa sadar aku tersenyum mendengar perkataan yang konyol dari bibirnya,"Kau selalu menjadi moodbooster  ku Unnie," Aku menolehkan wajahku ke arah TV ,"Jennie menemui Jiyong Oppa tadi Unnie, teman yang dimaksud Jiyong Oppa adalah Jennie."

Jisoo Unnie berjongkok, lalu menggenggam tanganku,"Kau marah karena Jennie tidak jujur padamu atau melihat ia menemui Jiyong Oppa?" Aku menghembuskan nafasku kasar. Jujur saja aku marah karena kedua hal tersebut.

"Apakah aneh jika aku marah karena kedua hal tersebut?"

"Sama sekali tidak, untuk alasan pertama kau marah karena Jennie tidak jujur dan alasan kedua... semua orang tau kau adalah tipe yang pencemburu Lisa."

Aku tersenyum dan merebahkan badanku ke atas ranjangku yang empuk,"Apakah penjelasan Jennie akan membuatku memaafkan kesalahannya? Tentu saja, walaupun alasannya tidak masuk akal pun aku akan memaafkannya. Karena aku terlalu mencintainya Unnie." Kasurku menjadi berat sebelah. Jisoo Unnie ikut merebahkan badannya,"Kau tahu Lisa? Aku kagum dengan dirimu, mungkin kau yang paling muda di antara kita berempat. Tapi kau memiliki pemikiran paling dewasa."

"Apakah itu tandanya aku bodoh?"

"Sifat dewasamu itu berarti kau bijak, tapi pertanyaan yang kau lontarkan, adalah pertanyaan bodoh."

Can We Together J?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang