Bagian 5

2.7K 315 39
                                    

Remainder ini cuma fanfic jangan ada yang baper apalagi sampe dibawa ke real life 😘

Spam komen yang banyak dong biar semangat 😅

...

Hembusan nafas berat menguar tepat setelah pintu kamar hotelnya tertutup. Kaki pendeknya meluruh begitu saja menghempaskan tubuh kecil itu pada sofa. Ia pikir pergi makan malam bersama Willis akan membuatnya sedikit terhibur dari rasa sesak didada. Sayangnya bukan terhibur, yang ada malah semakin menjadi ketika dengan mata kepala sendiri melihat kebersamaan keluarga kecil bahagia sang mantan kekasih.

Harapan besar dan tekad kuat yang ia bawa berangsur mulai runtuh. Chanyeol bukan lagi pria yang sama, yang selalu menuruti apa yang ia inginkan. Dia berubah, dan menemukan kehidupannya yang lebih baik. Harusnya Baekhyun memang tak perlu berharap banyak. Lagipula pria bodoh mana yang akan tetap menunggunya setelah ia campakkan? Dan lagi, benar yang pria itu katakan. Jackson mungkin menyukainya, tapi hanya sebatas orang asing.

Satu helaan berat keluar, bohong kalau Baekhyun bilang baik-baik saja. Perasaannya pada Chanyeol masih begitu besar, begitupula dengan rindu dan sayang yang tak pernah tersampaikan untuk sang putra. Di lubuk hati terdalam sosok Chanyeol dan Jackson tak pernah terlupakan.

Baekhyun jadi serba salah, disatu sisi ia ingin mengejar dan mendapatkan kembali apa yang pernah jadi miliknya. Tapi disisi lain ingin mengikhlaskan. Bukannya tak ingin berjuang. Baekhyun pernah egois sekali, dan ia tak ingin kembali egois dengan menghancurkan kebahagiaan Chanyeol bersama keluarga kecilnya.

Pria cantik itu mengusap kasar air mata yang entah sejak kapan mengalir. Menarik nafas dalam kemudian menegakkan posisi duduk. Satu pemikiran muncul dalam kecamuk benaknya.

Kedatangannya ke New York tidaklah sia-sia. Bisa bertemu dan melihat dua orang itu dalam keadaan baik bukankah sudah cukup? Bayang tangis dan kesedihan 5 tahun silam tak lagi menyelimuti prianya. Kini Baekhyun bisa bernafas lega, biarlah Chanyeol dan Jackson hidup dengan bahagia disini. Ia akan kembali, kembali melanjutkan hari-harinya dengan menanggung rasa bersalah itu seumur hidup.

Meski tak bisa membawa kembali orang terkasih, paling tidak ia bisa membawa kenangan manis yang akan selalu ia kenang nanti. Untuk itu di dua hari yang tersisa ini Baekhyun takkan menyia-nyiakannya.

Dering ponsel menyentak si mungil dari keheningan, kepalanya mendadak pening lagi ketika membaca nama orang yang tengah menelepon. Jika tak ingat ia masih dibawah naungan perusahaannya sudah pasti Baekhyun tolak panggilan itu.

'Bukankah besok lagu kolaborasimu rilis?'
Sebuah pertanyaan retoris ia dapatkan tepat saat panggilan terhubung.

"Kurasa seorang direktur yang terhormat takkan menelponku hanya untuk menyakan pertanyaan yang jelas kau tahu jawabannya. Tidak perlu basa-basi tuan Lee, katakan saja apa yang kau inginkan?"

Sebuah kekehan terdengar dari seberang sana, begitu memuakkan Sampai-sampai Baekhyun ingin melemparkan ponsel karenanya.

'Seperti yang diharapkan dari Byun Baekhyun'

Baekhyun tak menanggapi apapun kalimat sarkas yang dilontarkan atasannya.

'Jadi kau tak lupa tanggal rilis lagumu, tapi kau lupa menyapa para penggemarmu? Bukankah kau begitu mencintai penggemarmu? Mereka pasti menunggu, apa kau tak merasa kasihan?'

Pria mungil itu menggeram tertahan, tangannya terkepal kuat menahan emosi.

'Aku tak ingin ladang emasku merasa kecewa karna kau tak memperlakukan mereka dengan baik. Aku tak ingin penjualan digital lagumu menurun karena ini project besar dan tak sedikit uang yang telah aku keluarkan-'

A First Love Crap [Chanbaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang