Bagian 15

2.6K 273 15
                                    

Sekian menit berlalu Baekhyun masih duduk terpaku dalam mobil yang terpakir di basement gedung agensinya. Dia telah kembali ke Korea sejak dua hari lalu. Mau tak mau ia harus meninggalkan New York karena direktur agensinya terus mendesaknya pulang.

"Ayo kita turun, Direktur sudah menunggu." ajak Junmyeon ketika Baekhyun tak kunjung mengambil pergerakkan juga.

Si Mungil itu tak menjawab alih-alih menghela napasnya panjang. Tangannya tergerak melepas seatbelt yang terpasang di tubuhnya sebelum akhirnya turun dari mobil.

Junmyeon menatap miris, Baekhyun nampak tak lebih dari seorang mayat hidup. Pria mungil itu terlihat bak raga tanpa nyawa, karena separuh jiwanya masih tertinggal bersama putranya dan mantan kekasihnya.

Dua cangkir teh yang masih memiliki kepul asap di atasnya tersaji apik di atas meja. Beberapa menit telah berlalu dalam keheningan, dan Baekhyun rasa ia akan meninggalkan tempat jika dalam lima menit kedepan orang di hadapannya tak kunjung membuka suara juga.

Satu menit, rupanya Baekhyun tak punya cukup kesabaran untuk menunggu. "Apa yang ingin kau bicarakan denganku Sajangnim? Aku tak punya banyak waktu."

Suara kekehan lantas menyambut kalimat Baekhyun. "Tak suka basa-basi, kau masih Byun Baekhyun yang sama."

Alis Baekhyun berkerut sebagai reaksi akan ketidaksukaannya kepada sang atasan yang terlalu berbelit-belit.

"Baiklah-baiklah." pria berusia 50-an itu akhirnya menghentikan tawa "Aku hanya merindukan artis kesayanganku. Jadi apa saja yang kau lakukan di New York satu bulan ini? Agaknya kau betah tinggal di sana dan begitu enggan kembali."

"Karena New York membuatku nyaman, aku banyak bertemu orang baru di sana. Dan yang terpenting mereka semua memperlakukanku dengan sangat baik." Baekhyun tak bodoh untuk menjawab pertanyaan dengan direkturnya dengan jujur. Ia tahu benar seberapa licik pria itu.

Direktur Lee menganggukkan kepalanya seolah ikut memahami apa yang tengah Baekhyun rasakan. Pria dengan beberapa uban di rambutnya itu lantas mengambil cangkir teh di meja untuk ia sesap isinya.

"Begitukah? Bukan karena kau bertemu dengan mantan kekasih dan putramu lagi?" ujarnya santai sembari meletakkan cangkirnya kembali di atas meja.

Kepala Baekhyun reflek terangkat, mata mereka berdua saling bertukar pandang. Ia bisa merasakan adanya sebuah peringatan akan pertanyaan yang dilontarkan untuknya.

Reaksi yang Baekhyun tunjukkan tentu tak luput dari pandangan direktur agensi besar Korea itu. "Tidak perlu terkejut begitu Baekhyun-"

"Jangan sentuh mereka!" potong Baekhyun sebelum atasannya sempat melanjutkan kalimat.

"Reaksi mu jauh berbeda sekarang. Kenapa?"

"Jangan berani melibatkan mereka kedalam urusan kita sajangnim!"

Pria itu berdecih ketika mendapati sikap Baekhyun yang terlalu defensif terhadapnya "Ada apa ini? Apa mereka penting untukmu sekarang?" Direktur Lee tersenyum remeh, jelas tengah mengolok Baekhyun dalam otaknya. "Tenang saja, aku takkan menyentuh mereka ... Asal kau tetap menjadi Byun Baekhyun sang Permata Korea." ujarnya dengan senyum miring di akhir.

Baekhyun jelas tahu apa maksudnya, pernyataan itu tak lebih dari sebuah ancaman agar ia terus menjadi anjing yang penurut.

..
.

Meski telah terbiasa dengan jadwalnya yang penuh tapi Baekhyun tetap tidak menyangka direktur gilanya itu benar-benar memberikan agenda yang luar biasa padat.

Persiapan mini album akan dimulai minggu depan, dan Baekhyun bahkan tak dimintai pendapat sama sekali tentang albumnya. Semua dikerjakan tanpa melibatkan dirinya.

A First Love Crap [Chanbaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang