"Yaa, sebentar." Jawabmu dari dalam pada seseorang di luar sana yang memencet bel rumahmu tak terhingga.
Jujur, untuk berjalan saja kepalamu terasa berat. Namun daripada istirahatmu terganggu dengan suara bel yang menyebalkan, maka kau langsung mengambil cardigan dan membuka pintu.
"Chanyeol?"
"You okay?"
"Y-ya, I'm fine. Tapi kamu ngapain dateng malem-malem gini?"
"Kamu udah makan? Aku beli cream soup tadi. Aku taro meja makan ya?" Tanyanya yang langsung nyelonong masuk menuju ruang makan, meninggalkanku yang masih berdiri di depan pintu dengan heran sebelum menyusulnya.
"Yeol, jawab dulu ih."
"Apa?"
"Kamu ngapain ke sini? It's.. eleven, Yeol! Eleven freakin PM!"
Chanyeol melepas hoodie biru dongker serta masker yang ia kenakan, kemudian berbalik badan menghadapmu.
"Kamu demam, dari kemaren, sendirian di rumah, dan gak ngabarin aku sama sekali. Gimana aku gak panik?"
Kini giliran kau yang terdiam. Iya sih, semua yang dikatakan kekasihmu itu benar adanya. Kau tak bisa membantah apapun sampai terdengar helaan nafas berat dari Chanyeol.
"Mau makan di mana?"
"Di kamar aja, badanku masih lemes."
"Okay, tunggu di kamar. Nanti aku nyusul."
Daripada Chanyeol makin marah (sebenarnya kau belum bisa memastikan dia marah atau tidak, tapi dari nada bicara dan tatapannya sih, lelaki itu terlihat marah), jadi kau memutuskan untuk pergi ke kamar.
Di kamar, kau merenungkan sesuatu. Kau tidak memberitahu Chanyeol soal kondisimu, tapi bukan berarti kau tidak mempercayainya. Selain tidak mau membuatnya khawatir, ada alasan lain yang membuatmu urung untuk melakukannya. Alasan lain yang membuatmu cukup merasa bersalah selama dua hari belakangan.
Should I talk to him...?
Di tengah lamunanmu, lelaki Park itu memasukki kamarmu dengan nampan berisi semangkuk cream soup, segelas air minum, dan obat-obatan.
"Masih pusing?" Tanyanya sembari duduk di kasurmu.
"Yaa, lumayan." Ia mengecek suhu tubuhmu dengan menaruh telapak tangannya pada dahimu.
"Badanmu masih agak anget. Bisa makan sendiri?"
"Sure. Tanganku gak sakit."
"Okay, tetep aku suapin." Hah.. dia tetap Chanyeol, pacarmu yang suka seenaknya berbuat.
Beberapa menit kalian saling terdiam. Kau sibuk berbelit dengan pikiranmu untuk mengatakan sesuatu. Chanyeol? Entah apa yang sedang ia pikirkan, tapi ia tetap menyendok makanan dan menyuapimu. Sesekali menyeka sisa cream soup yang tertinggal di ujung bibirmu.
Namun tak seperti biasanya, pacarmu tak banyak bicara saat ini.
"Kamu ke sini naik apa?" Kau memberanikan diri untuk bertanya.
"Mobil. Kenapa?"
"Gapapa. Bagus deh, jangan naik motor. Angin malem gak bagus."
"I know."
Dingin. Dia seperti bukan Chanyeol yang kau kenal bertahun-tahun lamanya. Apa dia ada masalah? Atau benar-benar semarah itu padamu?
"Kamu sendiri udah makan?"
YOU ARE READING
Boyfriend Materials
Fanfictionbecause exo with their boyfriend-materials-thingy will explode your imagination