19

4.6K 409 3
                                    

Hari itu hari Sabtu. Masih pagi, sekitar jam sembilan lewat lima belas menit. Harusnya kau masih bergelung di bawah selimut, melanjutkan mimpi tidak jelasmu dengan gorden kamarmu yang masih tertutup rapat. Mengingat kau sudah berkomitmen, mau sesibuk apapun harimu, setidaknya kau harus bangun siang di hari libur. Hari libur bangun pagi? Sungguh merugikan.

Harusnya.

Karena bahkan sejak tigapuluh menit yang lalu, kau sudah kedatangan tamu. Itu berarti, kau harus sudah menyiapkan semuanya lebih dari tigapuluh menit yang lalu. Iya, menyambut tamu kan juga butuh persiapan. Mandi juga termasuk salah satunya, lalu menyiapkan makanan dan minuman untuk dihidangkan pada tamu, tak lupa juga menyiapkan tujuan utama tamu tersebut berkunjung sepagi itu.

Maket.

Belum lupa kan kalau kau adalah mahasiswi arsitektur?

Ada apa dengan maket, memangnya?

Oke, kau kembali mengingat luka lama tersebut. Ah, bukan luka lama juga sih. Terlalu puitis.

Tapi sungguh, kejadian ini membuatmu sangat, sangat terluka.

Berawal dari Jum'at pagi, sekitar jam delapan kurang. Kau dan Minseok, kekasihmu ((kalau kau belum lupa)), datang bersama ke kampus. Minseok menawarkan tumpangan mobil padamu karena ia tahu kau harus mengumpulkan tugas maketmu. Biasanya akan susah bagi Minseok untuk mendapatkan jawaban iya darimu saat ia menawarkan tumpangan, namun karena tidak mungkin kau membawa-bawa maket dengan menaiki kendaraan umum, jadi dengan senang hati kau menerima tawaran Minseok. Jadilah kalian berangkat bersama, yang kebetulan hari itu Minseok juga ada kelas pagi.

Semuanya berjalan biasa saja. Kau menceritakan kegiatan apa yang akan kau lalui hari itu, Minseok memuji maketmu, kau tertawa mendengar jokes receh Minseok, dan masih banyak hal yang kalian bicarakan.

Itu baru awal, dan memang terdengar normal-normal saja.

Namun setelah sampai di parkiran kampus, semuanya berubah tidak normal hanya dalam beberapa detik.

Minseok baru saja memarkirkan mobilnya. Ia harus menyiapkan keperluan kampusnya--oh, dia juga harus memakai kemejanya yang biasa digantung di dekat seat penumpang belakang--jadilah kau turun lebih dulu dari mobil. Sebisa mungkin kau berhati-hati membuka dan menutup kembali pintu mobil tersebut, mengingat tanganmu masih harus memegang maket. Iya, sebisa mungkin.

Namun apa daya, mau sehati-hati apapun dirimu, yang namanya sial pasti tidak bisa dihindarkan.

Kau baru saja menutup pintu mobil dan berbalik, berniat menunggu Minseok sambil menyandarkan tubuhmu pada pintu mobil. Namun naas, tepat saat kau berbalik, ada seorang mahasiswa yang berlari terburu-buru melaluimu. Mungkin hanya dengan kata "melalui'" masih terdengar enak. Kenyataannya, ia juga sempat menabrakmu yang--astaga, masa iya dengan kau yang berdiri di sana dengan sebuah maket di tanganmu, masih tidak terlihat oleh orang itu?

Bisa ditebak, dengan jeleknya maketmu mencium aspal tempat parkir kampusmu. Kau sempat terdiam, melihat pasrah maketmu yang sudah tergeletak di tanah dengan beberapa bagian yang rusak.

Damn, kesialan macam apa ini? Maket yang sudah kau buat hampir sebulan lamanya harus hancur begitu saja dalam hitungan detik.

Orang tersebut sempat berhenti dan melakukan hal yang sama denganmu--menatap pasrah maket tersebut. Sadar akan kesalahannya, dengan canggung, orang itu langsung buru-buru mendekatimu dan meminta maaf.

"M-Mbak.. maaf.."

Kau tidak berreaksi.

"M-Mbak, maaf. Beneran. Saya gak sengaja."

Boyfriend MaterialsWhere stories live. Discover now