Kedua tanganmu begitu sibuk bermain di layar ponsel milikmu. Entah untuk membuka home - galeri - home, membuka sosial media, atau sekedar menampilkan refleksi wajahmu lewat kamera. Padahal hari ini kau tidak menggunakan riasan apapun, apanya yang perlu dicek?
Mungkin sejak satu jam empatpuluh lima menit yang lalu kau mencoba untuk mengalihkan atensimu. Ke mana saja, asal bukan ke pria yang duduk di samping ranjang tidurmu.
Pria itu sedaritadi terus mencoba memulai obrolan denganmu, berharap responmu akan panjang dan melupakan apa yang telah pria itu katakan padamu.
Tunggu, memang apa yang ia katakan?
"Udah dong ngambeknya.. Aku udah jauh-jauh ke sini masa dicuekkin?" Kau hanya berdecak pelan mendengar rengekkan pacarmu.
Gimana gak ngambek? Oke, kita coba reka ulang adegan sebelumnya.
Yixing, pacarmu itu, datang ke rumahmu sejak dua jam lalu. Semua berjalan seperti biasa. Temu-kangen, bercanda, menceritakan keseharian kalian, beberapa kali istirahat sebentar karena kau merasa pusing jika terlalu banyak bicara (ya, kau sedang sakit sekarang).
Semuanya terasa normal, sebelum Yixing meminta izin sesuatu padamu.
"Kamu lagi ada yang dipikirin ya?"
"Hm.. keliatan ya?"
"Oh, jadi bener? Padahal aku cuma iseng nebak hehehe. Want to share?"
Yixing yang diam beberapa saat, terlihat memikirkan ingin memulai dari mana, membuatmu justru merasa semakin panik. Apakah ini sesuatu yang begitu penting? Atau bahkan sesuatu yang buruk?
"Kamu.. gak lupa kan kalo aku udah masuk semester akhir?"
"I..ya. Emang kenapa?"
"Aku.. duh, gimana ya ngomongnya."
Dengan gumamannya itu, ia terlihat kebingungan memilih kata yang tepat. Kau menggerakkan tanganmu untuk mengusap lengan Yixing. Meyakinkannya bahwa Yixing bisa dengan santai membicarakan apapun padamu.
"Aku ada penelitian.."
"O..kay. Di mana?"
"Di luar kota--gak, bahkan di luar pulau."
"Kapan berangkatnya?"
"Lusa."
"Oh, yaudah. Gapapa, kamu gak usah--"
"Sebulan. Aku harus sebulan di sana."
Semuanya bermula dari sini.
"Kamu bakal sebulan di sana dan kamu baru bilang sekarang kalo kamu bakal berangkat lusa?!"
"Maaf, aku juga baru dapet kabarnya kemarin. Oke, aku tau emang bakal ada rencana penelitian sejak minggu lalu. Tapi aku gak nyangka kalo aku bakal ditugasin di luar pulau. Kalo aku tau sejak awal aku pasti langsung ngabarin kamu."
"Tapi nyatanya semua itu gak sesuai ekspektasi kamu, iya kan?"
"Iya, makanya aku minta maaf sama kamu."
"Terserah." Dan kau mengakhiri keributan itu dengan berbaring memunggunginya, hingga saat ini.
Sejak saat itulah semuanya tidak senormal sebelumnya. Yixing sebenarnya sudah berekspektasi mengenai responmu yang begini. Tapi apa boleh buat, semuanya mendadak. Mau bagaimanapun juga Yixing tidak bisa menghindari situasi seperti ini.
"Kamu gak pegel munggungin aku terus?"
"..."
"Kamu lagi mau makan apa? Aku beliin deh."
YOU ARE READING
Boyfriend Materials
Fanfictionbecause exo with their boyfriend-materials-thingy will explode your imagination