Merenung bukan sesuatu yang biasa kau lakukan saat mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan dengan niatan ingin menyegarkan pikiran sebelum ujian tiba. Terlebih jika ditemani kekasihmu. Rasanya mengecek ponsel untuk melihat beberapa notifikasi tanpa berniat membalasnya, adalah sebuah pemborosan waktu yang kau lakukan karena sudah menelantarkan Junmyeon barang sebentar saja.
Di waktu senggang begini, Junmyeon lebih mudah diajak kencan ketimbang hari-hari biasa. Bahkan untuk kali ini, Junmyeon yang mengajak. Jelas. Anak cerdas macam Junmyeon pasti selalu mengutamakan hal akademik daripada apapun. Setelah keluarga tentunya.
Meski jarang kencan berdua denganmu, tapi Junmyeon cukup hapal dengan gelagatmu dan bagaimana caramu bertingkah. Seperti saat ini.
Menurut analisis dan ingatan Junmyeon, begitu tiba di sini kau langsung menyeretnya untuk melampir ke sana ke mari untuk memenuhi hasratmu berbelanja. Apapun itu, pasti kau jabani. Melihat sekejap saja barang yang menurutmu bagus, tanpa ragu kau kembali menarik Junmyeon utuk ikut masuk ke toko tersebut. Meskipun tak semua toko yang kau kunjungi membuatmu membayar--dengan uang Junmyeon, sebenarnya--untuk minimal satu barang yang kau beli. Cih, dasar wanita. Junmyeon membatin, sepertinya kau sengaja mengisi ulang daya energimu terlebih dahulu sebelum mengajaknya mengelilingi tempat seluas ini.
Junmyeon merasa bosan dan kelelahan saat dirasanya sudah hampir setengah jam mengikuti langkahmu yang tanpa penat mengunjungi satu-persatu toko yang menjual sesuatu yang dapat menarik perhatianmu hanya dengan sekali pandang. Kira-kira sekitar limabelas toko yang sudah kau kunjungi, dan masih ada ratusan toko lainnya yang kemungkinan menginginkan dirimu untuk sekedar diliat-lihat isinya.
Junmyeon sudah mendesah berkali-kali.
Namun, keadaannya berbanding terbalik sekarang.
Beberapa menit setelah kau memutuskan untuk istirahat sejenak, Junmyeon mengajakmu untuk ke lantai dasar. Tepatnya ke food court. Surganya makanan dari segala tempat di dalam bangunan ini. Dari yang murah sampai yang mahal, dari yang tradisional hingga yang modern, semuanya ada di sini. Beruntung kau langsung mengangguk setuju, dan tak menolak saat Junmyeon menarik lenganmu pelan menuju tempat itu.
Hingga saat kalian sedang menunggu pesanan untuk segera diantar ke meja kalian, Junmyeon merasa sikapmu berubah begitu saja. Kau tampak lesu, seperti tak niat bicara atau diajak bicara, dan lebih banyak melamun daripada berkutat dengan ponsel atau sekedar iseng memainkan jari jemari lelaki itu. Biasanya kalau sudah dihadapi dengan makanan, kau akan kegirangan seperti orang yang baru menang lotre dengan hadiah bombastis, meskipun makanan itu belum terhidang di depanmu. Hey, apa bateraimu mudah habis dalam waktu sesingkat itu? Junmyeon bertanya-tanya.
Junmyeon sedikit cemas karena perubahan sikapmu yang secara tiba-tiba. Ia baru saja akan bertanya, namun kau lebih cepat memanggil namanya dengan pandangan yang masih kosong entah ke arah mana.
"Jun,"
"Yes?"
"Kamu.. pernah ngerasa marah gak sama aku? I mean, marah yang bener-bener marah."
Junmyeon terdiam sejenak, merasa heran dengan pertanyaanmu yang tak terduga.
"Mau jawaban jujur atau gak?"
"Jujur lah."
"Jujur, pernah."
Kau hanya menganggukkan kepala beberapa kali, dan kali ini pandangan maupun pikiranmu tak sekosong tadi. Sudah sadar sepenuhnya. Kau hanya membutuhkan jawaban jujur yang singkat itu, tanpa mau bertanya lebih lanjut pada Junmyeon, seperti; 'Oh ya? Kapan?', 'Alesannya?', 'Atas dasar apa kamu marah sama aku?', dan-lain-lain. Kau tidak mau membuat hatimu perih mendengarnya. Baik sengaja ataupun tidak, tetap saja rasa sakit itu berawal darimu. Lagipula, inti pertanyaannya bukan itu. Yang tadi hanya sekedar basa-basi.
![](https://img.wattpad.com/cover/83636238-288-k103669.jpg)
YOU ARE READING
Boyfriend Materials
Fanfictionbecause exo with their boyfriend-materials-thingy will explode your imagination