3

9K 897 116
                                    

Sangat melelahkan. Dua kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan hari ini. Adanya kegiatan kampus dan banyaknya tugas yang diberikan oleh satu orang dosen saja, mampu membuat otakmu seakan tak dapat berfungsi lagi dan tubuhmu ingin ambruk rasanya seperti tak ada penopang sama sekali. Belum lagi, setelah pulang dari kampus kau harus pergi ke toko buku untuk mencari beberapa sumber yang dianjurkan dosen tersebut sebagai referensi tugas.

Pengen mokat gue rasanya.

Sebenarnya sore itu kau ada janji dengan Yixing untuk kencan ke suatu tempat. Namun untungnya, Yixing tak keberatan untuk mengundur kencan kalian (lagi) dan memilih untuk menemanimu ke toko buku, lalu setelahnya membantumu mengerjakan tugas. Setuju dengan itu, kalian memutuskan untuk mengerjakannya di apartemen lelaki itu, karena wifi di sana sangat membantumu.

"Capek?" Tanya lelaki itu, yang sebelumnya mengetik tugasmu dengan tenang kini menoleh ke arahmu yang menumpu wajahmu dengan kedua tangan yang kau lipat di atas meja.

"Hm.."

"Sini, istirahat dulu."

Tak mau membuang waktu lebih lama lagi, kau mengistirahatkan kepalamu di pahanya. Sekedar memejamkan matamu untuk beberapa saat, mencoba menenangkan pikiranmu. Tanpa sungkan kau menghadapkan wajahmu ke perutnya dan memeluk pinggang Yixing. Sambil menggaris bawahi beberapa kalimat di buku, sebelah tangan Yixing ia bawa untuk membelai dan memainkan rambutmu pelan, dengan pandangan yang masih fokus pada buku yang tengah ia baca.

"Yixing... jangan mainin rambut aku ah."

"Kan biar tidur?"

"Makanya itu. Nanti kalo aku tidur gimana?"

"Ya merem."

"Ish, au ah."

Kesal, kau justru malah makin menyembunyikan wajahmu di perut Yixing. Sudah sore seperti ini, aroma orange lelaki itu masih saja melekat kuat di tubuhnya. Padahal kau yakin betul, selama menunggumu keluar kelas, dia pasti menyempatkan diri untuk bermain basket dulu dengan teman satu timnya. Selalu begitu.

Hah.. kalau begini, yang ada kau malah tertidur pulas karena terlalu menikmati aromanya.

"Becanda, becanda.. Kalo kamu ketiduran, ya tugas kamu aku yang ngerjain."

"Aku cuma mau istirahat sebentar doang kok. Mau nemenin kamu aja."

Mau nemenin kamu aja.

Cuma empat kata yang kelewat sederhana, tapi mampu membuat Yixing tersenyum hangat mendengarnya. Tangannya sudah tak bermain di rambutmu, melainkan beralih mencubit hidungmu gemas.

Puas mencubit hidungmu, Yixing membiarkanmu untuk kembali memeluk pinggangnya, dan kembali beristirahat seperti posisi awalmu. Sedangkan lelaki blasteran Cina itu sudah menaruh penuh fokusnya pada layar persegi di depannya.

Kalian tak tahu sudah berapa lama menikmati kesunyian ini. Yixing mengira kau sudah terlelap, maka ia tak berniat mengganggumu dan terus mengetik beberapa paragraf di sana. Padahal sebenarnya, saat itu kau tengah mati-matian menahan sesuatu.

"Xing.."

"Hm?"

"Aku bosen.."

"Mau aku masakin apa?"

"Pancake. Yang banyak."

"Sebentar ya, Little Girl."

Kau otomatis bangun dari tidurmu setelah Yixing mengatakan itu. Membiarkan Yixing meninggalkanmu sendirian menuju dapur. Sudah merekat dengan kuat di otak Yixing, bahwa dengan kau yang merengek kebosanan di depan dia, itu berarti hanya makanan yang bisa menghilangkan rasa bosanmu. Sekedar ingin mengunyah sesuatu, atau benar-benar lapar. Beruntung, memasak bukanlah sebuah tantangan besar bagi Yixing, maka menghadapi bocah kecil yang kelaparan sepertimu hanyalah masalah kecil baginya.

Boyfriend MaterialsWhere stories live. Discover now