-Alicia-
"Nona, sarapan sudah siap!" Bibi Roewi mengingatkan.
Aku diam saja. Kukenakan blazer seragam sekolahku lalu kusandangkan tas di bahu. Aku melangkah gontai ke ruang tamu. Hari ini, aku tak bersemangat ke sekolah. Semalam, aku mendapat mimpi buruk. Mimpi yang kembali datang sejak kejadian di pantai kemarin, dan telah lama tak mengganggu tidurku.
"Nona, sarapan dulu..." Bibi Roewi mengejarku.
Aku menggeleng dan memperlihatkan jam tangan padanya. Beberapa menit atau beberapa detik lagi, bus sekolah akan datang. Tidak ada waktu walau hanya sekadar minum susu atau makan roti tanpa isi.
"Tapi, Tuan berpesan kalau Nona tidak boleh terlambat makan." Bibi Roewi beralasan.
Aku tidak peduli. Aku berbalik dan melambaikan tangan pada Bibi Roewi. Sesampai di ambang gerbang, aku sempat terlamun beberapa saat dan disadarkan oleh sebuah suara.
Tin! Tin!
Aku terlonjak. Apa itu bunyi klakson bus sekolahku? Bukan seperti biasanya.
Tin! Tin!
Aku pun menoleh ke kanan, ke arah datangnya suara, tapi bukannya bus warna merah dongker yang datang, melainkan Roadster putih elegan dengan atapnya yang kali ini tertutup dan sangat kukenal. Gena? Untuk apa dia kesini pagi-pagi? Ini akan membuatnya terlambat.
Mobil itu berhenti tepat di hadapanku. Pengemudinya pun tersenyum manis setelah membuka kaca depan. "Ayo masuk!"
Aku hanya melongo mendengar seruannya.
"Mulai hari ini kau berangkat denganku saja dan berhenti naik bus sekolah." dia melongokkan kepala, melihat seseorang di belakangku. "Hai, Bi Roewi!" Dia melambaikan tangan.
"Hai juga, Nona Gena." Sahut Bibi Roewi begitu senang.
"Boleh aku minta tolong Bibi Roewi?"
"Tentu Nona." Bibi Roewi tersenyum.
"Sampaikan pada Mr. Benson kalau Alicia tidak perlu dijemput lagi."
Bibi Roewi mengangguk cepat.
"Terima kasih." Dan mengalihkan perhatian padaku. "Ayo, Alicia!" Dia melihat jam tangannya. "Sebentar lagi bus sekolah lewat. Aku tidak ingin Rebecca histeris pagi-pagi." Dia menyeringai.
Aku pun mengikuti ajakannya untuk masuk mobil lalu duduk di kursi penumpang sebelah kemudi. "Bye, Bi Roewi!" Pamitnya dan segera menyetir melewati Rextait Street.
# # #
Selama perjalanan tadi, Gena tidak banyak bicara. Dia memilih sibuk mendengarkan musik di mobil, tak lagi menanyakan alasan mengapa aku kabur dari Yellow Moon setelah bertemu dengan Tristan. Aku tak ingin membahasnya. Sungguh. Bersyukur, Gena sepertinya paham akan kebungkamanku. Memaksa paham lebih tepatnya, sebab banyak sekali pertanyaan yang yang ingin dia sampaikan saat kulihat ekspresinya.
"Kau tahu Alicia, setelah kuperiksa lagi jadwalku, ternyata aku mendapatkan kelas yang sama sepertimu selama semester ini. Suatu kebetulan yang mengasyikkan bukan?" Akhirnya dia buka suara lagi seraya mengunci mobil. Kami berhasil tiba di parkiran Harold Duarte High School sebelum bus sekolah.
Aku mengangguk dan tersenyum.
"Ini pasti akan membuat hubungan kita semakin dekat Alicia." Gena menepuk bahuku. "Oke, apa kau mau ikut denganku mengambil laporan di ruang multimedia?"
Aku menggeleng. "Aku harus ke ruang loker untuk memeriksa catatan hari ini."
"Oh, baiklah. Sampai ketemu di kelas nanti. Bye!" Dia berjalan riang ke left building, sedangkan aku ke right building.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAVELOGUE
ChickLitAku Alicia. Seorang gadis yang memilih untuk tak terlibat akan apapun. Namun, kenyataan berkata sebaliknya. Mengapa aku bisa seperti ini? Kalian tak akan mengerti sebelum mengetahui kisahku. (Alicia, 17 tahun) Aku Jared. Pemuda yang semula begitu...