Park Jihye terbangun pada waktu yang tidak semestinya.
Jam dinding di dalam kamar telah menunjuk angka dua dini hari, sedangkan ia mendadak terbangun setelah bermimpi memakan es krim cokelat, stroberi, dan vanila.
Wanita itu menggigit bibir bawahnya. Melirik Jungkook yang tertidur dengan sangat lelap sembari memeluk perut ratanya. Kemudian Jihye menepuk lembut lengan kekar prianya; bermaksud untuk mencoba membangunkannya.
Hanya saja, selama lima menit Jihye bersikeras membangunkan tidur Jungkook, usahanya selalu gagal.
Jadi, Jihye memutuskan untuk menyingkirkan tangan Jungkook dari perutnya dengan perlahan. Menuruni ranjang, kemudian segera merapikan rambutnya untuk ia jepit sebelum mengenakan bra dan jaket rajutnya.
Wanita itu lantas keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju garasi untuk menaiki kendaraan roda dua milik Jungkook.
Tidak perlu menyusahkan orang lain ketika kau bisa melakukannya seorang diri, pikir Jihye. Jadi, Jihye akan membeli es krim untuk memanjakan lidahnya tanpa bantuan Jungkook.
Membelah jalanan semalam ini pernah beberapa kali Jihye lakukan saat ia belum mengenal Jungkook. Karena terbiasa hidup sendiri dan mandiri, Jihye sama sekali tidak keberatan jika ia harus maju untuk menangani sendirian apa yang dia perlukan.
Lagipula, Jihye tidak menyalahkan Jungkook yang sulit untuk dibangunkan sebab pria itu benar-benar kelelahan setelah menemui beberapa orang hukum yang berakhir menyelidiki soal kematian para rekan kerja Jungkook.
Setelah mendapatkan kedai es krim dan membeli beberapa varian es krim yang Jihye mau, wanita itu lantas kembali ke rumah Jungkook. Sedikit menaikkan kecepatan sebab ia tak mau es krimnya meleleh di tengah jalan. Kebetulan jarak rumah dan kedai tidaklah jauh.
Butuh sekiranya tujuh menit untuk Jihye dapat kembali ke rumah Jungkook. Segera memarkirkan kendaraan dan menutup pintu gerbang serta pintu garasi, Jihye lalu berlari kecil memasuki rumah.
Wanita itu terkejut bukan main manakala melihat sang kekasih tengah duduk di kursi ruang makan sembari menatapnya marah.
"Ke mana saja?!"
Jihye melangkah maju dan berdiri di samping Jungkook untuk mengeluarkan satu es krim, sementara es krim yang lainnya ia masukkan ke dalam lemari es.
"Beli es krim. Kau mau?" jihye duduk di sebelah Jungkook. Menyadari sang pria terlihat sangat marah dan khawatir, Jihye segera mengusap pipi Jungkook sebelum memberikan suapan ke dalam mulutnya. "Aku sudah membangunkanmu beberapa kali, tapi kau tidak bangun juga. Jadi, aku keluar sendirian."
"Bisa pagi atau siang, 'kan? Kenapa harus selarut ini?!"
Mengerucutkan bibir, Jihye menjawab, "Aku maunya sekarang, Jey. Kalau harus menunggu pagi apalagi siang, aku sudah tidak mau es krim lagi," jelasnya membuat Jungkook berdecak jengkel. "Jangan marah. Tidak kasihan dengan anakmu? Anakmu yang mau, bukan aku!"
"Justru itu aku marah! Aku khawatir. Sudah semalam ini dan kau keluar sendirian. Bagaimana jika terjadi sesuatu?!"
Jihye sontak mengecup bibir Jungkook dan memeluk lengan pria itu. "Sabar. Jangan marah. Lihat, aku baik-baik saja, 'kan? Kemari, buka mulutmu. Lebih lebar!" Jungkook terpaksa membuka mulutnya dengan wajah datar.
Setelah itu, Jihye segera menghabiskan es krim vanilanya. Jungkook menatap sang wanita yang selalu tersenyum saat suapan demi suapan es krim memasuki mulutnya seakan benar-benar nikmat.
"Maaf," kata Jihye. Wanita itu meraih tangan Jungkook, lantas mengecup punggung tangan sang pria. Jihye menarik Jungkook dan memeluk tubuh prianya sehingga Jungkook dengan gesit mengangkat tubuh Jihye ke atas pangkuannya. "Jangan marah, Daddy."
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Fanfiction[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...