Park Jihye meremas gaun tidur yang ia kenakan. Bersama Chloe yang sedang duduk di atas ranjang kamar utama.
Mendengar jawaban Jungkook benar-benar membuat dada Jihye sesak. Kaki Jihye bahkan tak mampu lagi untuk bertumpu pada lantai. Memilih duduk di bibir ranjang dengan Chloe yang kini mulai panik.
"Mom ... are you okay?" Jihye mengangguk. Diam saat Chloe menyeka air matanya. "Ada apa? Kenapa menangis? Daddy tidak terluka, 'kan? Daddy baik-baik saja? Atau bagaimana?"
Wanita itu mengangguk lagi. "Daddy baik-baik saja, Chloe," sahut Jihye. Mengulas senyum, kedua tangan Jihye menangkup pipi Chloe dan mengusapnya dengan lembut. Wanita itu mengecup pipi Chloe cukup lama. Memejamkan mata, kemudian kembali membuka mata dan mempertemukan tatapannya dengan Chloe. "Cepat tidur. Sudah malam. Daddy berpesan pada Mommy bahwa Chloe harus sudah tidur saat daddy tiba di rumah."
Sejenak ragu, Chloe pun berakhir menganggukkan kepala dan segera menuruni ranjang. Menyempatkan diri untuk memeluk calon ibunya dalam beberapa menit, merasakan usapan lembut di punggungnya. Chloe rasa, tidak ada yang baik-baik saja.
Seperti kata sang ayah atau calon ibunya. Chloe tidak boleh ikut campur urusan orang dewasa. Dan anak itu berpikir bahwa Jihye sedang menyembunyikan sesuatu yang tak boleh Chloe ketahui.
"Mommy ..."
"Ya?"
Masih dalam posisi memeluk, Chloe mendongak dan menempelkan dagunya di dada Jihye. "Mommy tidak akan pergi, 'kan?" tanya Chloe. Anak itu mengerjap lambat. Memberikan tatapan sayu seakan tengah berharap ancaman Jihye di restoran satu setengah jam yang lalu tidak akan wanita itu realisasikan. "You told my daddy that you would leave him if he didn't stay."
Mendongak sesaat seraya mengambil banyak udara untuk bernapas, Jihye lalu menggelengkan kepala. "Tidak. Mommy tidak akan pergi," sahut Jihye. "I'll stay, Chloe. Jangan takut."
Chloe kian mengeratkan pelukan. Menangis di dada Jihye dengan lengan melilit perut sang ibu seolah-olah tengah menunjukkan jika anak itu tak ingin ditinggalkan lagi.
"Jangan pergi—hiks."
Kepala Jihye kembali menggeleng. "Tidak akan. Mommy tidak akan pergi meninggalkan Chloe." Jihye terpaksa melepaskan pelukan. Senyumnya segera ia kembangkan sebelum menyeka air mata calon putrinya. "Berhenti menangis. Sekarang masuk ke dalam kamar. Matikan lampu dan segera tidur. Mommy akan menunggu daddy pulang."
Chloe dapat bernapas lega saat ini—kendati tak bohong bahwa ada perasaan takut yang tersisa apabila keesokan paginya ia akan bangun tanpa sosok ibu sambungnya tersebut.
Melangkah keluar dari kamar utama, Chloe pun memasuki kamar dan segera tidur untuk menuruti perintah Jihye.
Sementara di dalam kamar. Jihye kembali duduk di bibir ranjang. Air matanya turun. Tangannya kini mengusap perut seraya menundukkan kepala. Bibir bawahnya ia gigit untuk menahan suara isak tangis yang bisa saja didengar oleh Chloe.
"Sulit sekali ya hubungan Mommy dan daddy setelah kau hadir? Tidak apa-apa. Daddy hanya sedang marah. Kita tidak akan pergi, Little Baby."
Jihye kemudian mengusap wajahnya sebelum memutuskan untuk memasuki kamar mandi dan membasuh wajahnya yang berantakan. Jihye lantas tak segera keluar dari kamar mandi. Memilih untuk menatap pantulan dirinya pada cermin kamar mandi. Menghela napas dan mengembuskannya, lalu kembali mengusap perutnya.
Jihye tidak akan pergi. Sungguh, Jihye menyesal telah memberikan ancaman pada Jungkook. Sejujurnya, Jihye hanya takut Jungkook kembali terluka—atau parahnya tak bisa melindungi dirinya sendiri sehingga berakhir kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...