13 [M]

15.7K 1.3K 128
                                    

Jihye memutuskan untuk tidur di kediaman Jungkook manakala pria Jeon tersebut melarangnya kembali ke apartemen Taehyung. Namun, mengingat Chloe masih berada di sana benar-benar membuat Jihye kepikiran.

"Bagaimana bisa kau santai begitu di saat aku yang bukan ibu kandungnya justru sedang mencemaskan anakmu?!" dumal Jihye ketika mendapati Jungkook tengah sibuk memainkan ponsel barunya. Bagaimana tidak kahwatir jika mereka sudah meninggalkan Chloe bersama Taehyung selama satu minggu lebih. Dan Jihye hanya mengandalkan video call bersama dengan gadis Jeon tersebut. "Jungkook!"

Pria itu kemudian mendongak guna menatap Jihye yang berdiri tidak jauh dari ranjang yang sedang ia gunakan untuk duduk sambil bersandar pada headboard. Tersenyum melihat wajah cemas yang Jihye pasang, lalu segera menepuk sisi ranjang yang kosong.

"Chloe bisa menjaga dirinya. Ditambah ada Taehyung di sana. Pria itu pasti akan menjaga Chloe dengan baik," kata Jungkook.

Jihye menggigit bibir bawahnya sebelum menaiki ranjang dan duduk di sebelah Jungkook. Kendati masih terlihat kaku manakala pria itu merangkul pinggulnya, tapi Jihye berusaha untuk terlihat biasa saja. Menghela napas panjang, Jihye segera menyandarkan kepala di atas bahu Jungkook sebelum mengarahkan atensi ke arah ponsel baru pria itu.

"Kenapa kau terus memainkan ponselmu dan tidak berpikir untuk menemui anakmu?" tanya Jihye sedikit jengkel. Sebab selama setengah jam Jungkook berkutat dengan ponselnya tanpa Jihye tahu apa yang sebenarnya sedang pria itu lakukan.

Jungkook kemudian mengecup puncak kepala Jihye. "Ini soal kematian teman-temanku. Aku masih harus menyelidiki kasus tersebut agar keluarga mereka bisa bernapas sedikit tenang setelah mengetahui jasad mereka dan terungkap siapa pembunuhnya."

Jihye memeluk lengan kekar Jungkook. Usai mendengar penjelasan pria itu, Jihye kemudian mengulum bibir. "Apa itu artinya kau harus kembali terluka lagi?" Sungguh, Jihye tidak ingin suatu hal yang berbahaya menimpa Jungkook lagi. Ditambah wanita itu sedang merasakan kasmaran. Jihye tentu tidak ingin kehilangan Jungkook—bahkan tidak bertemu dengan pria itu selama satu bulan lamanya, ditambah fakta bahwa pria itu sedang dikurung oleh seorang penjahat kelas kakap kala itu benar-benar membuat Jihye tidak tenang.

"Memangnya kenapa jika aku terluka lagi?" Pria itu bertanya, tapi pandangan matanya masih menatap layar ponsel untuk menunggu jawaban dari Crispin yang Jungkook beri tugas untuk mencari rumah para teman Jungkook yang terbunuh.

Jihye menghela napasnya. Memandangi jemari lentiknya yang berada di atas paha sekal Jungkook sebelum menjawab dengan suara nyaris tak terdengar, "Karena kau pernah merasakan bagaimana sakitnya kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupmu, maka itu pula yang akan aku dan Chloe rasakan jika kami kehilanganmu." Jungkook termangu. Sejemang merasakan pelukan Jihye yang mengerat, lantas membuat Jungkook meletakkan ponselnya ke atas nakas dan buru-buru membalas pelukan wanita itu. "Kita baru saja bertemu setelah satu bulan lebih kau meninggalkanku dan Chloe. Kau bilang padaku bahwa semuanya telah selesai—Kim Namjoon ditangkap, dan orang-orang yang berusaha melukai kita juga sudah dibereskan. Lalu kenapa kau harus sibuk mengurus masalah itu lagi?"

Jungkook mengecup puncak kepala Jihye sekali lagi. Menepuk bahu sang wanita sambil menyahut, "Apa kau pernah berdiri di tengah-tengah kebingungan? Kau merasa harus menyelesaikan tugasmu sementara kau tidak diharapkan lagi oleh negara? Meskipun aku bukan lagi agen rahasia, tapi mereka tetap keluargaku. Kami bertugas dan melakukan sulit atau senang bersama-sama. Hanya aku yang tersisa dari semua timku. Jadi, aku merasa hanya aku yang bisa menyelesaikan kasus ini."

"Lalu apa yang akan kau dapat? Apa kau akan mendapatkan bayaran?"

Jungkook menggelengkan kepala. "Ini semua bukan semata-mata karena uang, Cantik. Aku melakukan semuanya karena kami adalah keluarga."

When You Came into My Life ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang