WHEN YOU COME BACK TO ME
.
.
.
.Suasana di dalam ruang makan saat ini benar-benar hening. Tidak ada yang berbicara selain suara sendok dan garpu yang berdenting.
Jihye dan Chloe sibuk menyantap sarapan mereka. Sementara Jungkook tidak beda jauh. Hanya saja, pria jangkung tersebut sesekali melirik ke arah istri dan anaknya setiap kali selesai menyuap makanan.
Gukie masih tertidur, sehingga semuanya enggan untuk berbicara. Kalau saja Gukie ada di sini, mungkin anak itu tidak tahan dengan suasana yang begitu hening seperti ini. Dan pastinya, suara Gukie akan sedikit membantu Jungkook supaya jauh lebih rileks.
Semuanya terasa begitu asing setelah kepulangan Jungkook di rumah ini. Setelah sekian lama, pria itu tiba-tiba pulang dan menganggap semuanya baik-baik saja.
Tak salah jika Jihye dan Chloe merasa sangat kecewa dan marah. Bahkan tadi malam, Jihye memilih untuk tidur di kamar Chloe lantaran tak sanggup jika harus berlama-lama menatap sang suami.
Suara dehaman dari Jungkook memecahkan keheningan sesaat. Akan tetapi, Jihye dan Chloe kembali melanjutkan aktivitas menyantap sarapannya tanpa suara sehingga Jungkook sejenak mengusap wajahnya frustasi.
“We need to talk,” pinta Jungkook.
Jungkook tidak tahan dengan situasi ini. Melihat istri dan anaknya yang tidak ingin berbicara dengannya, entah mengapa membuat Jungkook nyeri. Oleh karena itu, Jungkook perlu menyudahi mogok bicara ini supaya semuanya bisa kembali baik.
“Chloe, look at me. Now.”
Suara Jungkook yang tegas, lantas membuat Chloe mendongak menatap sang ayah. Manik kembar mereka pun saling bertemu sebelum Chloe meletakkan sendok dan garpu ke atas piring.
“Jangan bicara soal maaf, karena Daddy tidak pantas mendapatkannya,” tutur Chloe dengan ketus.
Gadis itu berani sekali melawan sang ayah. Mungkin Chloe sudah terlalu lama menyimpan rasa kecewa dan marahnya terhadap sang ayah. Apalagi yang Chloe tahu Jungkook sudah meninggal dan jasadnya tidak ditemukan.
“Daddy tahu. Tidak ada kata maaf untuk Daddy meskipun Daddy berlutut saat ini.” Jungkook menegakkan punggung tanpa berdiri dari tempat duduknya. Pria itu masih menatap sang purti dengan lekat. “Tapi Daddy punya alasan kenapa Daddy pergi dan tidak pernah kembali, Chloe.”
Chloe menatap tajam, tapi cairan asin itu sudah lebih dulu berkumpul di pelupuk matanya.
Chloe kemudian tertawa sumbang. Satu tangannya meremas tangan sang ibu sambung di bawah meja seraya mengatur napas.
“Apa pun alasannya, Daddy tetap meninggalkan Mommy dan Gukie.” Air mata itu benar-benar menetes membasahi pipinya, tapi Jihye buru-buru menghapusnya. “Seharusnya Daddy tidak pulang. Teruslah berpura-pura mati sampai—”
“Chloe!” Jihye menegur usai mendengar kalimat yang terlalu kasar baru saja keluar dari mulut anak gadisnya.
Chloe menoleh ke arah Jihye. “Ada apa? Memang benar, kan? Chloe dan Mommy sudah sangat bahagia setelah kepergian Daddy. Kita tidak butuh Daddy. We just need each other.”
Jungkook mengepalkan jemarinya. Tak ia sangka Chloe sudah sebesar ini. Pun cara berpikir anak itu sudah benar-benar luas.
Jihye mendidiknya dengan baik sampai-sampai Chloe tumbuh menjadi anak yang kuat dan sangat dewasa.
“Kau benar, Chloe ...” Jungkook menganggukkan kepalanya. “Seharusnya Daddy tidak kembali setelah meninggalkan kalian sendirian di sini. Kau, Mommy, dan Gukie mungkin tidak butuh Daddy di sini. Tapi Daddy sangat butuh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Fanfic[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...