"Ada apa?" Park Jihye menatap aneh dan curiga saat melihat sang kekasih memasuki kamar mandi dan menatapnya yang sedang membersihkan wajah dari sisa riasan tipis yang Jihye gunakan untuk acara makan malamnya bersama Jungkook dan Chloe.
Jungkook kemudian mendekat, berdiri di belakang Jihye sebelum memeluk tubuh itu dan meletakkan dagunya di bahu Jihye.
"Ayo, tidur. I need a hug from you." Jihye tersenyum. Rupanya pria itu sedang ada maunya.
Jungkook menatap wajah Jihye melalui pantulan cermin. Wanita itu masih sibuk menggunakan rangkaian skincare di wajahnya ketika Jungkook memeluknya dengan tangan kanan mengusap baby bump sang kekasih.
Jihye menyadari bahwa perutnya memang semakin besar. Beruntung sebab sejak dulu Jihye tidak suka menggunakan kaos-kaos ketat dan seksi. Jadi, ia tidak perlu membeli pakaian longgar saat ia sedang hamil seperti ini.
"Aku sedikit tidak percaya diri menggunakan gaun pernikahan kita nanti," ucap Jihye. "Bukankah perutku sudah terlihat besar? Pasti tidak akan cocok untukku."
Jungkook tersenyum. "Siapa bilang? Kau cantik dan seksi."
"Di matamu?"
Pria itu kemudian terkekeh. "Tentu saja. Aku yakin teman-temanmu juga akan berpendapat yang sama denganku."
Pada akhirnya, pernikahan yang akan berlangsung satu minggu lagi tersebut hanya dihadiri oleh teman-teman Jihye dan beberapa rekan lama Jungkook yang masih berkomunikasi dengannya meskipun tidak intens.
Karena takut pesta pernikahannya mendapat gangguan, Jungkook juga telah meminta bantuan para polisi Seoul untuk menjaga gereja dengan ketat.
Selesai merawat wajahnya, Jihye segera menggenggam tangan Jungkook dan membawa pria itu menuju ranjang. Keduanya merebahkan tubuh di sana dengan posisi Jungkook yang memeluk tubuh Jihye kali ini.
Tangan Jihye mengusap kepala Jungkook. Kemudian telapak tangan itu turun untuk mengusap lengan Jungkook dan berpusat pada bekas luka akibat tembakan di sana.
"Jadi, begini rasanya menjadi pasangan seorang agen rahasia? Kau tahu bagaimana takutnya aku setiap kali kau berpamitan untuk mengurus masalah di luar rumah, Jey? Aku sangat takut. Aku bahkan tidak pernah berhenti berdoa pada Tuhan untuk keselamatanmu."
Jungkook tersenyum. Cukup lama Jungkook mengecup kening Jihye dengan ibu jari mengusap pipi wanita itu. "Aku benar-benar beruntung memilikimu, Jiya," ucap Jungkook. "Bukankah rencana Tuhan sangat lucu?"
Masih dalam saling memeluk. Namun, Jungkook kini menyejajarkan wajahnya dengan Jihye agar kegiatan mengobrol mereka bisa jauh lebih nyaman.
"Kenapa begitu?"
"Aku mendadak masuk ke dalam rumahmu dengan cara merusak pintu utama. Menyukaimu secepat itu hanya karena reaksi cemasmu pada kondisiku dan Chloe. Dari kau yang selalu menghindar, mendadak luluh dengan pria single parent sepertiku. Sekarang lihat di dalam perutmu ..." Jungkook mengecup bibir Jihye. "Ada anak kita," bisiknya melanjutkan.
Jihye terkekeh. "Jadi, Nona Cantik ... kenapa kau bisa jatuh cinta padaku, hm?"
Jihye kini menatap lebih serius. "Karena kau sekalu berusaha menjadi daddy yang baik untuk Chloe. Aku juga suka dengan keberanianmu meluluhkanku." Kini Jungkook yang terkekeh mendengar jawaban Jihye. "Aku semakin mencintaimu saat kau pergi selama satu bulan waktu itu. Kim Taehyung banyak membantuku karena kau harus menyelesaikan sesuatu di Kroasia. Ah, aku sangat merindukan pria itu."
Kim Taehyung memang tidak dikenal Jihye cukup lama. Memori mereka pun terbilang sangat sedikit. Namun, Jihye benar-benar merasa sangat kehilangan sosok pria itu. Bahkan saat ia melihat jasad Kim Taehyung untuk yang terakhir kalinya, Jihye menangis deras di pelukan Jungkook. Saat melihat jasad Crispin pun, Jihye juga menangis dan merasa kehilangan kendati mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Fanfiction[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...