Pintu kamarnya diketuk sebanyak tiga kali manakala Jihye tengah sibuk mencari lowongan pekerjaan pada situs online. Wanita Park itu segera menutup laptopnya dan beralih meninggalkan ranjang untuk membuka pintu kamar yang diketuk.
Sejemang, Jihye hanya terdiam sebelum membuang napas sedikit kasar ketika mendapati presensi Jungkook di depan kamarnya. Seperti biasa, hal yang tidak disukai Jihye adalah saat di mana melihat Jungkook hanya dengan mengenakan celana kolor tanpa kain di bagian perutnya.
“A-ada apa?” tanyanya tak pandai menutupi rasa gugup yang mendadak timbul karena menyaksikan penampilan duda satu anak tersebut. Panas, Jihye rasanya ingin sekali cepat-cepat masuk dan mengunci pintu kamar agar tidak lama-lama melihat Jungkook yang seperti ini. Kalau bisa jujur, Jihye akan berteriak bahwa jantungnya tengah gemetar saat ini. “Aku sedang sibuk. Bisakah untuk tidak mengulur waktu lebih lama?”
Jungkook mengusap tengkuk, tanpa sadar memamerkan luka di area lengan yang membuat Jihye refleks mengarah ke sana. Wanita itu menelan saliva susah payah saat menemukan darah kering di sekitar luka Jungkook sebelum bertanya, “Lenganmu sudah baikan?” tanyanya menunjukkan ekspresi khawatir. Tangannya bergerak untuk menyentuh darah yang mengering itu, lalu Jihye melangkah kian mendekat. “Apa tidak apa-apa kalau tidak dibawa ke dok—”
“Aku baik-baik saja,” potong Jungkook kemudian. Jihye spontan menjauhkan tangannya dari lengan Jungkook saat menyadari jarak mereka terlalu dekat. Akan tetapi, saat ia hendak melangkah mundur, tangan Jungkook meghentikan pergerakannya dengan mencekal pinggulnya. “Kau mengkhawatirkanku, ya?” Kedua alis Jungkook mengedik bersamaan dengan tatapan usilnya.
Jihye membuang muka, lalu segera menatap Jungkook lagi dengan raut wajah dongkolnya. “Orang-orang juga akan mengkhawatirkan keadaan lenganmu, Tuan Jeon! Lagi pula, aku cuma takut kau infeksi karena tidak ditangani lebih lanjut. Dengar, ya ... kau bukan dokter dan ahli bedah. Kau tidak tahu dampak dari peluru yang masuk ke sana.”
Mendengar ocehan Jihye yang mengarah pada rasa cemas, Jungkook kini terkekeh gemas. “Dengar, ya, Nona Cantik ... aku memang bukan dokter ataupun ahli bedah seperti yang kau katakan. Tapi faktanya, aku pernah ditembak di bagian paha, perut, betis, lengan kiri—”
“Cukup!” Jihye memekik. Wanita itu menatap ngeri, lantas menutup telinga karena tidak mampu membayangkan bagaimana sakitnya Jungkook saat mendapat bidikan di area yang pria itu sebutkan. “Kau dasar duda sinting! Menjauh dariku!”
Jungkook tidai bisa menahan tawanya tatkala melihat ekspresi lucu Jihye. “Mendekat saja bagaimana?” goda Jungkook sambil memainkan alisnya naik turun. “Aku pernah ditembak di bagian yang aku sebut—bahkan pernah ada tiga peluru yang tertanam di pahaku, dan aku baik-baik saja sekarang. Kau tahu—yah, meskioun ada satu peluru yang tidak bisa kukeluarkan karena sudah melebur dengan tulangku yang—”
“Bajingan! Diam, tidak?!” Jihye memukul kencang mulut Jungkook, membuat pria itu lekas menjauh dan menutup mulutnya karena merasakan sedikit panas. Jihye sadar sejak awal kedatangan Jungkook, pria itu memang memiliki kejiwaan yang sedikit miring. Bukannya menjaga sikap karena menumpang di rumahnya—ditambah mereka baru saja kenal, Jungkook malah selalu usil dan menggodanya. Ia juga secara terang-terangan mengatakan suka pada Jihye, membuat wanita itu merona saat kembali mengingat. “Jadi, apa tujuanmu mengetuk pintu kamarku pukul satu dini hari begini? Kalau cuma mau memamerkan luka tembakmu ... tidak, terima kasih. Aku benar-benar bisa mati muda karena melihatnya.”
Jika saja Jihye bukan wanita galak, Jungkook pasti akan memeluk wanita itu karena kegemasan. Sialnya, Jihye akan mengeluarkan kalimat-kalimat kotor dan pedasnya apabila Jungkook maju selangkah lebih dekat dengan wanita Park tersebut.
“Sebenarnya aku ingin mengajakmu mengobrol di halaman depan. Apa kau ada waktu? Ya, hitung-hitung kencan pertama kita selama aku menjadi target operasi polisi di Seoul. Kalau semuanya sudah bersih, aku janji akan mengajakmu jalan-jalan. Bagaimana? Tertarik?”
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Fanfiction[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...