"Sedang apa?" Suara lembut itu mengalun membelai rungu meskipun hanya melalui layar ponsel. Jungkook mengulas senyum, mengingat dalam kepalanya soal suara merdu dari mulut wanita yang berhasil memenuhi setiap sisi ruang hatinya. "Jungkook ..."
Caranya memanggil namanya justru membuat Jungkook kian tenggelam dalam cintanya yang bertambah kian besar. Pria itu kemudian menyesap rokoknya sejenak sebelum menjawab, "Aku sedang buang air besar, Jiya. Kau mau lihat?"
"Aku tidak sedang bercanda!" Jihye menyahut kesal. Pun kekehan kecil Jungkook mengudara begitu Jihye merampungkan ucapan penuh kekesalannya. Pria itu bangkit usai menyelesaikan kegiatannya, lalu keluar dari kamar mandi sembari meraih rokoknya yang ia asingkan di atas meja wastafel. "Jey!"
"Woah, panggilan sayang untukku, ya?" Jungkook duduk di atas ranjang dan kembali menikmati rokoknya. "Aku benar-benar buang air besar saat aku meneleponmu. Kau pikir aku bercanda? Apa baunya tidak sampai ke sana?"
"Astaga, kau sungguh jorok sekali!" Jungkook kembali terkekeh-tapi lebih pelan sebab tak mau suaranya terdengar dari luar kamar.
"Omong-omong, bagaimana keadaan Chloe? Kata Cris kalian sudah keluar dari rumah sakit. Apa kalian sudah tinggal di tempat yang aman?" tanya Jungkook kemudian. Sudah satu bulan lamanya pria itu pergi ke Kroasia. Hanya beberapa kali ia bisa menghubungi Jihye lantaran Jungkook bekerja untuk Namjoon selama 15 jam. Sisanya pria itu gunakan untuk istirahat sebelum besok kembali kerja.
Jeon Jungkook menjadi musuh terbesar bagi Kim Namjoon sejak Jungkook bekerja dengan CIA. Tidak pernah gentar mengincar Namjoon meskipun pada akhirnya Namjoon lah yang menang sebab berhasil membunuh para rekan kerja Jungkook sehingga membuat Jungkook menyerah dan meninggalkan Amerika.
Satu bulan bersama Namjoon, Jungkook hanya mengikuti permainan pria Kim itu-menuruti semua perintah Namjoon untuk mencari dokumen penting yang disimpan oleh negara. Sayangnya, Namjoon berurusan dengan orang yang salah kali ini. Jika biasanya orang-orang bisa patuh dengan perintah Namjoon, berbeda dengan Jungkook kendatipun pria Jeon itu tetap saja menuruti kemauan Namjoon, sebab ia tak mau nyawa anaknya yang jauh dari dirinya saat ini terancam. Apalagi sekarang Park Jihye ikut menjadi incaran Kim Namjoon.
"Dia sudah lebih baik. Chloe sangat merindukan ayahnya, tapi kau justru tidak pernah meneleponnya sama sekali. Aku dan Chloe saat ini tinggal di apartemen Baek Ri-teman SMA-ku. Tenang saja, kami aman di sini. Ada Taehyung juga yang melindungi kami." Jihye menjelaskan dengan rinci pada pria itu. "Omong-omong, temanku baru saja melangsungkan pernikahan. Akan tetapi, aku tidak bisa datang untuk melihat kebahagiaan temanku."
Jungkook menyandarkan punggung dan kepalanya pada headboard ranjang setelah rokoknya telah habis. Pria itu mengulum bibir sebelum menarik selimut. "Maaf, ya? Karenaku kau jadi tidak bebas bepergian sesukamu," katanya disisipi dengan nada penyesalan.
"Tidak. Bukan itu yang aku maksud." Jihye menyahut di seberang sana. Wanita itu menguap sejenak. Perbedaan waktu membuat dua orang itu kesulitan untuk menjalin komunikasi melalui ponsel. Itulah alasan kenapa Jungkook jarang sekali menghubungi Jihye. Beruntung karena siang ini Namjoon tidak begitu merepotkan dirinya sehingga Jungkook bisa memiliki waktu untuk menelepon Jihye sebelum wanita Park itu tertidur.
"Lalu, apa yang kau maksud, Nona Jiya?" Jungkook tak kuasa menahan senyumnya setiap kali mendengar helaan napas dari Jihye.
"Menikah. Apa kau tidak tertarik dengan itu?" Jungkook sontak kembali terkekeh lantaran mendengar pertanyaan Jihye untuknya. Barangkali wanita itu sedang memberikan kode pada Jungkook agar pria itu bisa segera pulang dan menikahinya.
"Kau mau kunikahi, hm?"
"Em ... ya. Kupikir tidak ada masalah dengan itu asalkan aku bisa terus bersama Chloe. Aku menyayanginya dan sedikit demi sedikit mulai berperan sebagai ibu untuknya juga," jawab Jihye tanpa rasa malu-mungkin Jungkook yang membuatnya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Fanfiction[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...