Jeon Jungkook memang seringkali melihat raut wajah panik dan penuh kecemasan yang terpasang pada wajah kekasihnya—apalagi saat Jihye melihat luka tembak milik Jungkook. Namun, ini adalah kali pertama Jungkook melihat Jihye sekhawatir ini.
Ini terjadi karena Jihye mendapati Chloe yang sedang terbaring lemah di atas ranjang. Dengan bibir pucat, suhu tubuh yang meningkat, serta selimut yang terus membungkusnya. Jihye benar-benar merutuki dirinya sendiri sebab secara tidak langsung, Jihye lah yang telah menjadi penyebab sakitnya Chloe.
"Hai, Sayang."
"Ji Mom ..." Chloe membuka mata sebentar sebelum kembali menutupnya dan memeluk perut Jihye saat kekasih ayahnya itu duduk di sebelah kepalanya. "Ji Mom, jangan pergi."
Jihye menggigit bibir bawahnya. Rasanya Jihye ingin sekali menangis usai mendengar suara lemah yang keluar dari belah bibir Chloe. Baru dengan Jungkook dan Chloe, Jihye bisa merasakan bagaimana dia dibutuhkan dan dicintai. Sebab terlalu lamanya dia hidup sendirian membuat Jihye nyaris tak bisa merasakan bagaimana orang-orang mencintainya atau sangat menginginkan Jihye berada di samping orang tersebut.
"Iya, Ji Mom di sini. Ji Mom tidak akan pergi lagi. Maaf, ya. Maaf karena sudah meninggalkan Chloe dan daddy." telapak tangan Jihye segera mengusap kepala Chloe dengan penuh kasih sayang.
Mengenai sebesar apa kasih sayang Jihye pada Chloe, wanita itu tak dapat mengutarakannya dengan baik. Jihye begitu menyayangi Chloe hingga penuh. Bahkan wanita itu merasa telah benar-benar menjadi seorang ibu untuk Chloe. Jihye juga sangat tahu bagaimana perjalanan hidup Si Chloe Kecil yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari Jungkook maupun ibu kandungnya. Maka dari itu, Jihye selalu ingin memberikan yang terbaik untuk putri Jeon tersebut. Memberikan cintanya untuk Chloe agar anak itu kembali dapat merasakan kasih sayang seorang ibu.
"Chloe sudah makan?" Chloe tidak menjawab. Jihye lekas menyimpulkan bahwa anaknya itu telah kembali tertidur dan tak tahan merasakan sakit pada tubuhnya. Jadi, Jihye menyingkirkan lengan Chloe yang melingkari perutnya secara perlahan. Berdiri dari duduknya, Jihye segera berjalan keluar dari kamar anak itu dan mengernyit saat melihat Jungkook sedang berdiri di anak tangga paling atas sembari fokus membetulkan sesuatu. "Ada apa?" tanya Jihye.
Wanita itu menghampiri Jungkook. Mengusap punggung sang pria sembari melihat apa yang sedang Jungkook lakukan di sana.
"Bagaimana cara memperbaikinya? Ini hadiah dari Yoora. Aku tidak mungkin merusaknya," kata Jungkook takut. "Chloe pasti akan marah."
Jihye terkekeh rendah, kemudian meraih kalung tersebut dan segera memperbaikinya. "Kau membukanya dengan kasar, ya?" Jungkook segera mengangguk. Beberapa detik setelahnya, Jihye berhasil memperbaiki kalung Jungkook dan menyerahkannya pada sang pria. "Selesai. Lakukan segala macam apa pun dengan lembut, Jey."
Jungkook meringis usai menerima kalung tersebut. "Terima kasih." Mata Jungkook mengerjap lambat. "Kau tidak cemburu?" tanya Jungkook keheranan.
Kening Jihye segera mengernyit keheranan. "Aku cemburu? Dengan siapa?"
"Yoora," jawab Jungkook.
Jihye terkekeh sekali lagi. "Untuk apa aku cemburu? Yoora Eonni 'kan sudah tidak ada lagi. Apa yang perlu kutakutkan selain wanita lain yang akan menggodamu—atau sebaliknya."
Jungkook mendelik—memberikan tatapan tak terima. "Aku setia!" Pria itu lekas mengecup pipi Jihye dan tersenyum manis. "Aku bukan pria yang kau pikirkan. Aku bersumpah."
Telapak tangan Jihye lalu mengusap pipi Jungkook sebelum menghapus jarak. "Aku percaya padamu." Jihye memekik pelan manakala sang kekasih mengangkat tubuhnya dan membawanya ke dalam kamar. Jungkook menutup pintu dengan kakinya, lantas menjatuhkan tubuh Jihye dengan pelan ke atas ranjang. Sesaat kemudian, bibirnya saling bertautan dengan Jihye.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Hayran Kurgu[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...