Suasana mendadak semakin hening dan mencekam manakala Taehyung mendengar suara dehaman kecil dari arah pintu utama. Lalu pria Kim tersebut menelan saliva susah payah ketika mendapati presensi Park Jihye yang berdiri di sana seraya tersenyum tipis.
"Jihye ... k-kau sudah datang?"
Jihye mengangguk. Masih pada pijakannya meremas ujung jaket yang ia kenakan. "Hai, maaf karena masuk tanpa menekan bel interkom lebih dulu. Aku pikir kau sangat kewalahan mengurus Jungkook."
Mengusap tengkuk, Taehyung pun segera mengangguk dan berdiri dari sofa. "Kemarilah. Aku akan membantumu membawa Jungkook ke bawah." Jihye berjalan mendekati ruang tengah. "Kau naik apa?"
"Aku naik mobil bersama temanku," jawab Jihye sebelum duduk di sebelah Jungkook, lalu menarik lengan kekar tersebut hingga Jungkook mau tak mau mengangkat kepala dan membuka mata perlahan. "Ayo, pulang. Chloe sendirian di rumah." Suara Jihye mengalun begitu lembut.
Sementara Taehyung yang berdiri menyaksikan perlakuan halus Jihye pada Jungkook yang mabuk, membuat pria Kim itu menelan saliva berat. Bertanya-tanya dalam hati apakah Jihye mendengar obrolan terakhirnya bersama Jungkook sebab Taehyung maupun Jungkook tidak mengetahui kapan pintu terbuka.
"Jiya ..." Suara serak Jungkook mengisi keheningan. Jihye sibuk merapikan surai Jungkook yang berantakan, kemudian meraih jaket Jungkook yang ada di samping Jungkook sebelum membantu sang kekasih berdiri. "Jiya, jangan melarangku untuk menemuimu."
Wanita Park tersebut meletakkan lengan Jungkook ke bahunya, pun dengan sigap Taehyung meraih lengan kanan Jungkook dan meletakkannya pula ke atas bahunya sebelum mereka berjalan keluar dari gedung apartemen. "Jiya, jawab aku."
"Kita bicara di rumah."
Jungkook menggeliat seakan tak setuju dengan jawaban Jihye. Taehyung pun masih tetap diam karena terus memikirkan apakah Jihye mendengarkan obrolannya bersama Jungkook—apalagi saat Jungkook bilang soal Yoora dan Jihye. Di elevator, semuanya diam. Hanya Jungkook yang mengoceh tidak jelas karena pengaruh dari alkohol yang telah banyak ia minum seorang diri.
Setelah keluar dari elevator dan memasukkan Jungkook ke kursi penumpang tengah, Jihye tak langsung masuk menyusul Jungkook. Wanita itu menutup pintu sejenak dan berdiri menghadap Taehyung yang menunjukkan air muka tidak nyaman.
Jihye kemudian membungkuk. "Terima kasih, Taehyung-ssi. Maaf jika Jungkook merepotkanmu. Lain kali aku akan melarangnya mabuk—terlebih mabuk di rumah orang," ucap wanita itu sungkan.
Taehyung lalu mengangguk. "Ya, sama-sama. Sebenarnya kau tidak perlu meminta maaf. Dulu dia sering mabuk bersamaku dan memang sangat sering merepotkanku karena itu adalah hobinya sejak kami pertama kali saling mengenal." Pria Kim itu tersenyum kaki saat Jihye terkekeh rendah. "Aku yang seharusnya meminta maaf dan berterima kasih. Maaf karena Jungkook benar-benar membuatmu kerepotan dan terima kasih karena sudah tulus menemaninya serta memberikan perhatianmu pada anaknya. Jungkook sudah banyak melewati masa sulitnya. Jangan meninggalkannya."
Hanya senyum kecil yang Jihye berikan. Tanpa anggukan atau suara yang membelai rungu sebelum jendela mobil diketuk oleh Jungkook. Jihye dan Taehyung pun sontak menoleh pada sumber suara. "Terima kasih sekali lagi, Taehyung. Aku harus segera pulang."
Taehyung membukakan pintu mobil, lalu Jihye segera memasuki kendaraan roda empat tersebut sebelum mobil itu pergi dan menghilang dari pandangannya.
Sementara di dalam mobil, Jungkook menutup matanya dan menyandarkan kepala pada jendela mobil. Bau alkohol menyeruak memenuhi ruang mobil, membelai penghidu Jihye dan Sora sehingga membuat kedua wanita itu saling bertatapan.
"Maaf karena merepotkanmu, Ra."
"Jadi, dia kekasihmu?" tanya Sora. Jihye mengangguk kikuk. "Masalah kalian berat sekali, ya? Apa kau tidak menceritakan keseluruhan masalahmu padaku?
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Came into My Life ✓
Fanfic[COMPLETED] Pada siang di musim panas, seorang pria berusia tiga puluh delapan mendadak datang membawa anaknya yang masih duduk di bangku awal SMA. Namanya Jeon Jungkook. Park Jihye mengingat bagaimana kepala dari pria jangkung itu yang berdarah, s...