26화: Gosip

876 133 23
                                    

Lia nyentuh air hangat yang mau diminumnya. Bibirnya tersenyum waktu suhu yang dia rasain udah pas banget sama yang dimau.

Gadis dengan rambut cepolan itu buru-buru balik ke kamarnya dan ikut duduk di samping Jei yang lagi kerjain tugas. Kayaknya sih.

"Tugas apaan sih? Ga selesai-selesai deh perasaan,"

Jei balikin badannya jadi telentang. Engap juga tengkurap. "Proposal organisasi, ngeselin banget! Padahal aku dokumentasi, duh!"

"Kok mau aja kamu?" Lia nyeruput air hangatnya.

"Aku ga bisa nolak."

Lia tersenyum iba. Memang Jei sama kayak dirinya yang paling ga bisa nolak kalau ada orang minta tolong. Eh, tapi yang dibantuin kadang ga tahu diri.

"Yaudah lanjut besok aja Jei, hari ini kita ngegosip ajaa!!" Jei muterin bola matanya malas. Lia semangat banget kalau masalah gosip kampus.

"Gosipin apa ya, hmm.." Jei agak mikir.

Tiba-tiba dirinya ingat sesuatu yang belum diceritain ke anak cerewet itu. Jei langsung duduk dan pegang bahu lia. Matanya kelihatan serius sekarang.

"Aku ada satu gosip tapi kamu diem ya karena ini rahasia banget."

Lia anggukin kepalanya. "Apa apa?"

"Kamu inget kejadian Seonghwa di terror bulan lalu?"

"Inget, inget banget lah! Masa lupa!!"

Jei ngegigit bibirnya, ragu mau bilang masalah ini. "Orangnya sama kayak yang jatuhin pot dari atas gedung."

Lia naruh gelasnya ke nakas. "Orangnya suka Yunho?" Jei ngangguk sebagai jawaban.

"Jangan bilangㅡ"

"Ssstt, aku sama Yeosang udah tahu orangnya. Kemarin kita lacak nomor ponselnya, dan ternyata ituㅡ"

"Mingi?" Potong Lia cepat.

"Iya.."

"H-heol!!"

Gila! Lia beneran ga percaya banget sih, kok bisa orang sebaik Mingi ngelakuin hal itu. Padahal baru 3 hari lalu dirinya diajak ke panti asuhan sama Mingi. Dia kelihatan baik-baik aja?

"Emangnya itu nomornya Mingi?"

"Iya Liaaaa! Temen aku si Hwanwoong yang ngelacak!" Jei gemes sendiri ceritanya.

"Tapi aneh banget, habis neror Seonghwa dia sampai sekarang belum ganti nomor ponsel."

Lia terdiam sejenak. Matanya lalu menatap Jei serius. "Kamu yakin dia Mingi?"

***

"Saaan~!"

Wooyoung berlari kearah San dengan semangat. Tangannya bawa sekotak bento dan kayaknya sih susu rasa melon ya?

San ngebuka kepala boneka badut beruang yang dipakainya. Rambutnya basah karena keringat yang nempel-nempel. Pria Choi itu ngedesah, malas ketemu si Wooyoung.

"Makan dulu yuk? Liat rambut kamu udah basah gitu." Wooyoung ngusak-usak rambut San pakai handuk kecil yang dibawanya.

"Makasih,"

San sekarang lagi makan dengan lahap bento yang dikasih Wooyoung. Perutnya bener-bener lapar karena bekerja jadi badut seharian ini.

Sebenarnya dia juga ogah, tapi ibunya butuh uang. Bukan. Bukan sakit. Ibunya memang, yah... pengen uang.

"Pelan-pelan aja San makannya aku ga akan nyuri kok!" Wooyoung terkekeh lihat San yang makannya lahap banget.

"Habis ini lanjut lagi?" Tanya Wooyoung. Kepala San ngegeleng. "Udah selesai, besok lagi kerjanya."

Wooyoung kasihin tisu ke San, biar dia ngelap cemotnya yang ada dibibirnya. Waktu Sanagi sibuk makan, mata Wooyoung nangkap sesuatu yang ada di samping pria favoritnya itu.

"Eh kamu punya kamera? Mau pinjem dong, kebetulan aku lagi cari kamera buat foto acara di panti besok." Wooyoung megang kamera San dan mau nyalain.

San langsung berhenti makan dan ngerebut kameranya. Matanya natal Wooyoung ga suka. "JANGAN!"

"Jangan pegang-pegang yang bukan punya kamu!"

"Kamu pinjem aja ke orang lain!" San berdiri dan ngerapihin barang bawaannya. Dia ngasihin susu melon yang belum sempat diminumnya ke Wooyoung.

"Makasih makanannya, besok ga perlu repot-repot bawain. Aku bisa beli sendiri."

Wooyoung nerima susu itu dengan pandangan bingung. Apa perkataannya salah? Kenapa San kelihatan marah banget? Padahal Wooyoung cuma mau pinjem kameranya.

"Lagian kalau ga boleh kan bisa bilang baik-baik."

Puk!

"Ah kkamjagiya!"

Wooyoung nolehin kepalanya dan ngelus dadanya pelan. "Mingi!! Bikin kaget aja!"

Pria jangkung itu meringis. "Maaf, lagian kalian berdua ribut di depan toko ayah aku."

Wooyoung nunjukkin muka ga enak. "Eheheh, maaf, besok ga lagi-lagi."

"Tadi itu San kan? Kenapa dia marah-marah gitu?"

Helaan napas keluar dari bibir Wooyoung. "Aku cuma mau pinjem kamera buat acara dokumentasi acara di panti. Tapi langsung di gas!"

Mingi ketawa dengarnya. "Yaudah, pinjem punya aku aja. Nanti sore dateng aja ke kafe aku,"

"Wah makasih Mingi!!"

"Ga gratis, tentu aja ada biaya sewanya!"

"Dih pelit amat!"

***

Note.

Semoga ini cerita masih jelas ya :'D
Selamat beraktivitas♡

The Wave ; JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang