6. KEBETULAN.

1.2K 82 0
                                        

Ketika aku yang ingin melupakan, dan kamu seolah mencoba meyakinkanku untuk kembali.

-ooo-

6. KEBETULAN.

"Selamat pagi anak-anak." ucap bu Jeni yang baru saja memasuki kelas XII IPS 3.

"Pagi buk."

"Maaf mengganggu sebentar, berhubung kelas kita yang kekurang murid begitu banyak dan sekarang kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk."

Seluruh isi kelas menatap heran, anak baru nya bukan hanya satu tapi tujuh. Ini mau pindah atau kondangan, rame amat.

"Perkenalkan diri kalian."

Fano yang tampak antusias pun maju satu langkah. "Arfano Gallen, biasa dipanggil Fano, Arfano, ganteng, manis, imut, sayang, beb, by, atau--"

Ucapan Fano terpotong karna Iva menariknya mundur dan menatapnya tajam.

"Gue Zidan Mahendra."

"Gue Leonardo Malfoy."

"Hai gue Kirana Febrianti."

"Gue Zoya."

"Alesya."

"Zhiva."

Bu Jeni hanya menggeleng heran. "Ya sudah silahkan duduk."

"Baiklah kita lanjutkan pela--"

"Permisi," ucap Iva lalu keluar kelas tanpa persetujuan guru tersebut.

"ZHIVANNA!" teriak bu Jeni yang hanya dianggap angin lalu oleh Iva.

Jika kalian mengira guru-guru takut dengan Iva sebagai pemilik sekolah, maka kalian salah. Iva menutup jati dirinya, bahkan nama belakang nya ia singkat. Soal paman nya, ia sudah meminta paman nya untuk tidak buka mulut tentang jati dirinya dan tidak membongkar bahwa ia pemilik sekolah itu.

"Gila! Gue pengen keluar jugalah." Fano yang ingin bangkit dari tempat duduknya langsung ditarik oleh Leo.

"Duduk lo, jangan banyak tingkah."

~ Z ~

Iva berjalan menuju toilet, jujur ia sangat merindukan sekolah lamanya. Jika ia kembali kesana pasti ia berjumpa Ravi, tapi ia kembali ke rencana awal ia tidak ingin kembali bertemu Ravi itu sama saja menambah luka dan memperbesar dendamnya.

Sebenarnya ia ingin menghindari Ravi. Biarlah keadaan sekarang berjalan seperti ini, dengan dirinya atau tanpa dirinya Iva yakin pasti bisa move on dari Ravi.

Untuk apa ia memaksakan, toh orang tua Ravi sendiri yang menjauhkan Ravi darinya dan ia menganggap itu akhir dari hubungannya dan Ravi.

Daripada memaksakan lebih baik mengikhlaskan. Mengikhlaskan adalah jalan terbaik untuk move on dari seseorang.

Berani move on itu ketika kita siap melangkah ke depan, bukan berarti melupakan.

Karena, sekuat apapun usaha untuk melupakan itu gak bakal bisa, biar kan kenangan membekas disana.

Ia berjalan dan tidak sengaja menginjak tali sepatunya. Ia memejamkan matanya sebentar lagi bokong nya pasti mencium lantai.

Tapi sebelum itu terjadi sebuah lengan melingkar dipinggang nya dan membuat dahinya terbentur dada bidang seseorang.

"Aw, jidat gue."

Iva mendongak menatap seseorang yang sudah menyelamatkan bokong mulusnya mencium lantai.

ZHIVANNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang