18. LUKA.

751 50 3
                                    

Annyeong! <3

Happy Reading luv ~

-ooo-

18. LUKA

Seorang gadis memasuki ruangan bernuansa putih dengan aroma obat-obatan menyambut indra penciuman nya.

Air matanya menetes di pelupuk matanya. Isakan nya terdengar menyakitkan di ruangan tersebut. Ia menutup mulutnya ketika melihat seseorang yang terbaring lemah di ranjang dengan alat pembantu pernapasan yang melekat di tubuhnya.

Ia mendekati orang tersebut. "Maa." Ia mencoba tersenyum dan menggenggam tangan orang yang ia sebut mama. Perkataan dokter tadi terus menari-nari di kepala nya.

"Hiks.. Mama gini karena Iva pastikan? Mama bangun dong, kalau Mama bangun Iva janji bakal di rumah terus bareng Mama. Hiks.. bangun dong Ma." Iva tak menyembunyikan lagi tangis nya. Ia kacau, tak tau apa yang harus dilakukan nya.

Ia mengusap air matanya lalu bangkit berdiri. Sekuat tenaga ia tersenyum ke arah Mama nya yang masih setia memejamkan matanya.

"Iva akan selesaikan semua nya, setelah itu kita pergi jauh dari sini ya Ma. Jauh dari Indonesia," ucap Iva lalu mencium kening sang ibu lembut. Setelah itu ia meninggalkan ruangan tersebut.

Di luar ruangan, Iva hanya diam tak berbicara apapun. Ia menatap semua orang yang menunggu di depan ruangan Mama nya. Teman-temannya, hingga Kenzo, Jordan, dan Geri pun ada disini.

"Kak," panggil Gibran mendekati Iva.

"Kenapa bisa?" tanya Iva.

Gibran mengajak sang kakak duduk di salah satu kursi. Ia mulai menceritakan kejadian awalnya, ketika sang Mama mampir ke salah satu toko kue kecil yang kebetulan sepi dan sebuah mobil truk hilang kendali menabrak toko tersebut. Dan berakhir keadaan sang Mama yang paling parah akibat terpental beberapa meter.

"Dan dokter bilang akibat kecelakaan itu mama lumpuh sementara, tapi kakak tenang aja kalau Mama rajin terapi pasti langsung bisa jalan," ucap Gibran berusaha meyakinkan Iva.

Jika kalian mengira Iva sedang menangis sekarang, maka kalian salah. Ia berusaha tenang dan tidak ingin terlihat lemah di hadapan semua orang.

"Gue titip Mama sama Papa, lo juga jaga diri. Gue akan cari pelaku nya dan hukum mereka," ucap Iva menepuk pundak Gibran pelan lalu memeluk nya.

"Lo adik gue, lo percayakan semua nya sama gue. Gue pergi dulu, kalau ada apa-apa telfon gue." Gibran mengangguk mantap lalu Iva pergi dari sana disusul teman-temannya.

~ Z ~

Iva menatap teman-temannya yang mengikuti nya sejak dari rumah sakit tadi. Ia menghela nafas sebentar.

"Kalian bisa pulang, gak usah ikutin gue mulu. Gue tau kalian capek," ucap Iva.

"Gak. Kami bakal ikut lo sampai jumpa pelaku dari kecelakaan Tante Kiara," tegas Fano.

"Kenzo, Jordan, Geri. Makasih banyak udah mampir jenguk mama gue. Gue bisa nyari pelaku nya sendiri kok," ucap Iva. Jordan awalnya ingin menolak tapi mendengar perkataan Kenzo ia menjadi bungkam.

"Oke. Ingat, kalo lo butuh sesuatu telfon kami," ucap Kenzo membuat Iva mengangguk singkat.

Ia beralih menatap teman-temannya. "Kalian pulang aja gue bisa cari pelaku nya sendiri kok. Nanti kalo gue butuh sesuatu, gue pasti telfon kalian," ucap Iva pelan membuat siapapun pasti luluh karena jarang sekali gadis itu bicara seperti itu.

ZHIVANNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang