4. SISI GELAP.

1.3K 85 0
                                    

Mudah bagi mu untuk kembali, sulit bagi ku untuk menerima.

•••

4. SISI GELAP.

Ctas!

Cambukan terakhir dari Zoya. Ia menatap Iva disebelahnya. Tanpa menunggu lama ia mengambil berkas yang disodorkan oleh salah satu penjaga ruang eksekusi ini.

"9 Januari. Mika anak dari ibu suri yang bekerja dikediaman Jovanka dibunuh oleh 3 pria ketika pulang sekolah."

Mendengar ucapan Zoya, Iva mengepalkan tangannya kuat. Mika sudah ia anggap sebagai sahabat masa kecilnya sekaligus kakak bagi Iva.

Setelah mengatakan itu Zoya berlalu keluar dari ruangan eksekusi.

Iva meletakkan samurainya sembarangan dan mengeluarkan pisau lipat yang ada disakunya. Ia berjalan mendekati tiga pria yang sedang dirantai itu.

Bekas cambukan Zoya masih membekas ditubuh mereka. Tanpa kasian Iva melukis di pipi dan badan mereka dengan menggunakan pisau lipatnya. Mereka hanya bisa meringis.

Tak sampai situ, Iva berjalan santai kearah meja yang ada disana mengambil sebuah ember yang berisi perasan jeruk nipis. Dengan gerakan cepat ia menyiramkan nya kepada mereka.

Byur

Teriakan mereka bagai melodi musik yang indah bagi Iva. Ia seolah menulikan telinga nya ketika mereka memohon ampun.

Bugh

Craasshh

Jleb

Krek

Argh

Dor!

Menebas, menusuk, suara ringisan dan dor! Habis sudah nyawa nya. Gadis itu membunuh musuhnya. Ia haus akan darah, itulah yang dapat menjelaskan keadaan nya sekarang.

"Sudah selesai?" tanya seorang pria dibalik pintu ruangan ini.

Gadis itu hanya membalas nya dengan berdeham.

"Hey! kalian bersihkan tempat ini. Dan antar mayat ini ke Jln. Jeruk no.8" ucap pria itu kepada teman-temannya.

"Udah kan Va? Sekarang lo mau apa lagi?" ucap Fano.

"Mau bunuh lo."

"Jangan dong Va, ntar lo kehilangan adik ganteng lo ini." Iva menatap Fano tajam. Fano hanya nyengir.

"Oh ya lo tau kan kecelakaan itu disengaja, kenapa sampai sekarang lo ga cari tau dalangnya?" tanya Fano

Iva terdiam sejenak. "Gue belum cari tau dalang nya. Gue cuma baru tau kalau ada yang sengaja merencanakan kecelakaan itu."

Iva lalu menelepon seseorang.

"Cari informasi kecelakaan Ravindra Arwan 3 tahun yang lalu. 24 jam dari sekarang."

Tut tut

"Fan, temenin gue ke mall dong." bujuk Iva.

Astaga liat lah sekarang mood gadis ini cepat sekali berubah ubah.

"Let's go nona!"

~ Z ~

"Lo gak kerumah orang tua lo Va?" tanya Fano, mereka kini sedang berada di salah satu restaurant yang ada di mall.

Iva hanya berdeham.

"Ck. Sok ngartis lo." Tak ada yang seberani Fano mengatakan hal itu.

"Fan.." panggil Iva

"Hm"

"Daftar kan gue sekolah baru besok, gue malas balik ke sekolah lama."

"Astaga Iva, lo nambah kerjaan gue aja. Lo kan punya sekolah sendiri, tinggal masuk aja juga ga ada yang ngelarang. Sekolah juga punya lo." kesal Fano.

"Loh iya ya,"

"Lemot!"

"Heh! Gue teb---" ucapan Iva terpotong dengan sapaan seseorang.

"Hai Iva," sapa seorang wanita yang sedang bergelayut manja ditangan kekasihnya.

"Mau ngapain? Gue ga punya uang receh" ucap Fano sinis.

"Maaf, anda tidak bisa berkata sopan ya?" tanya Zea yang berdiri disamping Ravi.

Fano hanya melirik Zea sinis.

"Halo nona Iva," sapa Ravi.

"Hai tuan Ravindra," ucap Iva.

"Hahaha kau masih ingat dengan ku?" tanya Ravi sambil tertawa.

"Tentu, kenapa tidak? Kau sangat tampan" ucap Iva sambil menatap Zea remeh.

"Heh! Berani-berani nya lo ya!" geram Zea dan ingin menjambak rambut Iva tapi terhalang oleh Ravi.

"Jaga sikap lo," gumam Ravi di telinga Zea.

"Silahkan duduk, kami akan pergi. Oh ya jika kita bertemu lagi jangan se-formal itu," ucap Iva lalu menggandeng tangan Fano dan pergi dari sana.

~ Z ~

Dor

Dor

Dor

"Alay banget ya tu cewe Va, masih SMA juga sok cantik banget gue cemplungin juga di selokan tau rasa," ucap Fano sambil mengunyah snack-nya.

Kini mereka sedang berada di ruang latihan menembak.

"Cantikan juga lo daripada tu nenek lampir."

"Kenapa ya Ravi belum ingat sama lo Va? Jadi kasian gue liat lo"

"Jangan kasihani gue!" pekik Iva.

"Selow beb selow" kekeh Fano.

Drt..drt..drt

"To the point," ucap Iva kepada seseorang disebrang telfon.

Terlihat mata Iva memerah seperti menahan emosi.

Bahaya ni woy bahaya! batin Fano.

"Anjing!" teriak Iva membuat Fano terkejut.

* * *

Tbc.

Tertanda,

(Salsabilarzkaa)

ZHIVANNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang