22. RUMIT.

601 45 4
                                    

𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰 𝓵𝓾𝓿..

-ooo-

"Jadi Nyonya Archelia yang menyebabkan kecelakaan itu?" tanya Iva dengan airpods di telinga nya. Kini ia tengah berjalan menuju kantin.

"Benar nona. Alasannya karena ia mengira perusahaan nya hampir bangkrut karena perusahaan keluarga anda."

"Baiklah, lakukanlah apa yang harus paman lakukan."

"Baik nona. Satu lagi nona, dalang dibalik kecelakaan tuan Ravi sudah ditemukan. Baru saja ada sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. Saya curiga pada teman-teman anda dan anggota lainnya. Karena yang mengetahui nomor saya hanya beberapa anggota saja."

Iva menghentikan langkahnya tepat di pintu masuk kantin. Semudah itukah lawannya menyerah? pikirnya.

Ia menatap teman-temannya yang sedang tertawa riang di meja kantin bersama teman-teman Ravi juga.

Degup jantungnya berdetak tak karuan. "Siapa dalangnya?"

Belum sempat paman Anto mengatakan siapa dalangnya. Sebuah tepukan di bahu mengejutkan nya. Ia buru-buru memutuskan panggilannya dengan paman Anto.

"Zoya?"

"Lo ngapain berdiri disini?" tanya Zoya pada Iva.

Iva menatap Zoya dan melirik ponsel yang ada di genggaman Zoya. Pikiran berkecamuk apa Zoya orangnya? enggak enggak, ia menggeleng pelan.

"Gue mau nyusul yang lain tadi tapi tiba-tiba Mama gue nelfon yaudah gue angkat dulu. Lo sendiri?"

"Abis dari toilet nganterin tuh nona es batu." Zoya menunjuk Alesya yang mendekat sambil memperbaiki roknya.

"Kenapa?" tanya Alesya.

"Ponsel lo mana?" tanya Iva tiba-tiba membuat Zoya dan Alesya mengerutkan keningnya.

"Ponsel? Oh tadi sama Kirana gue titip."

"Lo kenapa Va? Tumben banget nanya ponsel," ucap Zoya.

Skakmat. Iva menggeleng pelan. "Gue khawatir aja, kalian harus pegang ponsel kemana pun. Gue takut kalian kenapa-napa."

"Ew, so sweet banget. Udah ayo kesana ntar Kirana ngamuk lagi karena kita lama banget ke toilet nya," ajak Zoya sambil merangkul Alesya dan Iva.

~ Z ~

Leo mengambil tempat duduk disamping Iva yang tengah berkutat dengan i-pad nya. Paman Anto pun sekarang sedang menatap layar komputer nya.

"Kok lo sama sekali ga terkejut kalo Zea pelaku nya," ucap Leo pada Iva.

"Sedikit, tapi gue masih curiga kenapa dia bisa hilangkan bukti secepat itu. Gue masih gak yakin dia orang biasa."

"Bukan orang biasa? Monster dong?"

"Iya! Spesies juga sama lo," kesal Iva membuat Leo tertawa.

Mereka bertiga kini sedang berada di markas tepatnya di ruangan pribadi Iva. Mereka akan memulai rencana mereka satu persatu.

"Lo yakin kita bertiga bisa selesaikan semua, Va?" tanya Leo.

"Lebih sedikit anggota lebih baik tuan. Daripada banyak tapi berkhianat," jawab paman Anto dengan pandangan yang masih tertuju pada komputer nya.

"Denger tuh," ucap Iva membuat Leo mengangguk singkat.

"Tapi sih gue tetap ajak Zidan. Gimana pun dia sepupu gue anjir, kalo kakek tau gue gak ajak dia bisa berabe gue," sambung Iva.

ZHIVANNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang