16. PENTAS SENI.

716 52 3
                                    

Heyyo fren, maaf menunggu lama.

Happy reading luv!

-ooo-

16. PENTAS SENI.

"Lo ga bakal lakuin hal gila hari ini kan Ze?" tanya seseorang yang tengah menatap Zea khawatir. Entahlah firasat nya tidak enak sejak tadi.

Yang ditanya hanya tertawa menatap lawan bicaranya. "Udah lo ikuti aja alur hidup lo hari ini," ucap Zea.

"Plis Ze, jangan lakukan apapun hari ini lo harus fokus sama penampilan lo," bujuk orang itu.

"LO BISA DIAM GAK!!"

Zea mendekati orang itu yang mulai ketakutan dengan bentakan Zea tadi. Ia membelai wajah nya pelan dan mengangkat dagu orang itu kuat.

"Gue tekan kan sekali lagi, lo itu cuma boneka gue. Dendam gue harus berlanjut apapun caranya. Dan lo harus ingat apa yang udah dia lakukan sampai hidup lo hancur gini, INGAT KAN?!" Pekikan Zea diakhir kalimat membuat orang yang ia sebut boneka itu terperanjat dan spontan mengangguk.

~ Z ~

Iva menatap pantulan dirinya di cermin. Sempurna. Ia menghela nafas pelan, ia tak tau perasaan apa yang sebenarnya ia rasakan.

"Zhivanna! Wah wah gue gak salah lihat nih kan? Bidadari mana nih?" ucap Diego, ketua osis sekaligus ketua panitia pensi.

"Keluar."

"O-oke oke bercanda, gue dan Ravi nunggu di belakang aula ya bye!"

Setelah Diego pergi ia kembali menatap dirinya di cermin. "Jangan bawa perasaan Va, lo bukan pengecut," gumam nya.

"Wah benarkah pengecut?" ucap seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut. Iva hanya mengacuhkan nya.

Merasa diacuhkan gadis itu tak tinggal diam, ia menjambak rambut Iva kuat. "Dengarin gue ya, gue biarin lo duet bareng Ravi bukan berarti gue kalah," ucap gadis itu, ah aku yakin kalian pasti tau siapa gadis ini.

"Lo tau? ssh lo lah pengecut sesungguhnya," ucap Iva sambil memutar sebelah tangan Zea lalu mengunci leher nya.

"Bangsat! Lepasin gue brengsek!" pekik Zea meronta-ronta berusaha melepaskan lengan Iva di lehernya.

"Dengerin gue, Zeana Archelia, gue gak mau basa-basi. Ingat ini, jangan pernah bangunkan singa yang sedang tertidur," bisik Iva lalu mendorong tubuh Zea kuat.

"Fuih." Iva meniup tangannya lalu mengusap nya seperti mengusap debu di telapak tangannya.

"Awal yang menarik, semoga acara hari ini menyenangkan ya. Selamat menikmati," ucap Iva lalu pergi dari ruangan itu.

Zea berdiri, ia meringis merasakan nyeri di lututnya. Ia menekan nomor di ponselnya lalu panggilan tersambung.

"Jalankan sesuai rencana," ucap Zea lalu mematikan ponselnya.

"Jangan lupa Zhivanna, gue pemeran utama nya. Gue bisa memainkan drama apapun," gumam Zea dengan tersenyum sinis.

~ Z ~

"Cinta tak dapat ditebak apa maunya hati salahkah kita?"

Iva menyentuh tangan Ravi lembut. Entah kenapa mereka memilih lagu ini yang sangat mirip dengan kisah cintanya.

Ravi membalas genggaman tangan Iva. Ia menatapnya dalam entahlah perasaan apa yang ia rasakan ketika menatap Iva, seperti perasaan itu sudah lama menetap di hatinya.

ZHIVANNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang