DANDELION (9.1)

55 9 2
                                    

Teman-teman pembacaakuuu, chapter ini aku bagi dua dulu ya😚. Kepanjangan soalnya kalo mau dipaksain jadi satu hihi.

HAPPY READING💖

Klik bintang di bawah yaaaa🥰
Maapkan kalo ada typoo!

******************

"Stop atau gue bakal ngira lo beneran psikopat."

Mengompres punggung sahabatnya dengan es batu yang terbungkus dalam kain, Callista berbicara. Sejak tadi telinganya sudah panas mendengar bunyi gesekan antara pisau dan piring bekas makanan gadis ini.

"Calvin setan. Bajingan sialan." Kinan mendesis, penuh dendam. Gara-gara pria itu, dia harus membersihkan aula sekolah yang luasnya bukan main. Selain itu, Kinan juga harus melakukan tugas office boy/girl yang lain seperti menyediakan kopi dan cemilan pada guru setiap pagi, membersihkan toilet dan sebagainya.

Brengsek! Brengsek!

Jika bukan karena orang kepercayaan papanya datang sewaktu pulang sekolah tadi, Kinan sudah dipastikan akan kena skorsing. Dia bahkan merasa itu lebih baik daripada harus melakukan tugas ini.

Callista tertawa geli, gumaman itu bahkan sudah puluhan kali gadis ini lantunkan sejak masuk ke dalam kamarnya. "Tadi, lo beneran gak cekik dia?"

Sontak, delikan tajam Kinan melayang pada Aca. Gadis yang sedang termenung seraya berbaring di atas ranjang. Melihat wajah sendu itu, justru membuat Kinan semakin muak. Tanpa berpikir panjang, dia meraih tas didekatnya lalu melemparnya pada Aca. Kena!

"KINANNN!!" Pekik Aca terkejut. Bibirnya mencebik, sementara ia mengusap keningnya.

"SEKALI LAGI LO MIKIRAN COWOK ITU, GUE LURUSIN OTAK LO!" Bentak Kinan menggebu-gebu. Sama sekali tidak peduli dengan sensasi dingin sekaligus ngilu di punggungnya. "Lagian gue udah bilang kalo Calvin itu cowok pucek. Masih aja lo deketin! Gue tau lo gak pinter, tapi seenggaknya jangan bego!"

Selain beralih menenggelamkan kepalanya dalam selimut, Aca juga menghentakkan kedua kakinya berulang kali. Tidak peduli jika ranjang ini akan rusak, toh Callista bahkan bisa membeli pabriknya.

"Gue sayang dia Nan." Cicit Aca bergetar. Lagi-lagi akan menangis.

Callista yang merasakan itu, menghembuskan napas berat. Kinan mengaduh kesakitan begitu tangannya menekan kuat es batu dipunggungnya.

"Lo kalo ngomong saring dulu."

"BODO AMAT! LAGIAN GUE GAK SUKA ACA NANGISIN BUAYA JELEK KEK GITU."

"Ngomong santai aja bisa?"

"NGGAK!" Sentak Kinan penuh emosi. Tangannya semakin cepat memutar pisau di atas piring. "Bisa-bisanya kentang belaga sakitin berlian!"

"Calvin ganteng!" Aca membentak. Tidak terima lelaki yang dia sukai dihina begitu saja. "CALVIN GANTENG KINAN! CALVIN GAN-------"

Secepat kilat, Kinan berdiri. Menghampiri gadis itu dengan emosi yang semakin terbakar. Hanya sekali sentakan, Kinan berhasil menyingkap selimutnya. "SINI LO! BIAR GUE ROBEK GINJAL LO SEKALIAN!"

Dan pada akhirnya, pertengkaran itu terjadi begitu saja. Aca yang merengek sembari melawan Kinan dengan bantal, sementara Callista yang sibuk melerai mereka berdua.

Dua puluh menit kemudian.

Hembusan napas kasar dari ketiga gadis ini memenuhi sudut-sudut ruangan. Seprai dan sarung bantal tidak lagi ditempatnya. Rambut acak-acakan, kancing seragam yang terbuka bahkan beberapa sudah terlepas entah kemana.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang