DANDELION (34)

25 10 23
                                    

Happy Reading💖
Maapin kalo ada typo yaaaakk!
**************

Puas, Laura kembali melanjutkan. "Liam dan Callista tidak hanya akan kehilangan rumah ini, tapi semua yang mereka punya termasuk Fantasia."

"Setelah itu.. anda menjadi penguasa Mikhailord satu-satunya. Bahkan, anda bisa fokus untuk bersaing dengan satu keluarga yang masih ada di atas anda." Tanpa menyebutkan nama, Laura yakin pak tua ini sudah tahu siapa yang dirinya maksud.

Ia kemudian berjalan, mendekati Edward lalu berbisik tepat di telinganya. "Arumi dan semua wanita lain juga tidak akan sanggup berkutik di bawah anda. Termasuk saya."

Membeku, Edward menahan napas. Menatap wanita ini tanpa berkedip. Sementara tepat di balik pintu, seseorang berjalan menjauh dengan ponsel yang ia genggam kuat.

**************

"Pulang."

Genggaman Callista pada ponsel di telinganya mengerat. Suara Liam di seberang sana terdengar berbeda. Lebih berat juga menyeramkan. Kalimat singkat seperti ini terdengar seperti Liam memang benar-benar menginginkan dirinya pulang.

"Lima belas menit kak." Setelah itu, Callista mengakhiri sambungannya.

Ia berbalik, segera menyimpan ponsel di saku jaket lalu tersenyum pada Tristan. "Kak Liam udah pulang."

Tidak ada tanggapan apapun selain anggukan dari Tristan. Sepertinya apa yang mereka pikirkan sama. Hembusan napas Callista terdengar berat.

"Setelah ini kita bakal susah ketemu."

Lagi, Tristan mengangguk.

"Kak Liam bakal terus awasin lo. Sama kayak gue."

Melakukan hal yang sama, Tristan berhasil membuat Callista cemberut.

"Gimana dongggg?"

"Apanya?"

Sontak, tangan Callista mengepal kuat. "Tau ah! Kesel gue liat muka jelek lo! Udah jelek, sok ganteng lagi!" Menghentakkan kaki kesal, Callista berjalan melewati tubuh lelaki itu. Baru dua langkah, ketika tubuhnya tertarik mundur. Jatuh dalam pelukan hangat lelaki yang baru saja ia lewati ini.

Sekalipun sudah menjauh dari lokasi pasar malam, Callista tetap menundukkan wajah memerahnya. Takut jika hantu di sekitar danau ini melihat tingkah tersipu ataupun mendengar debaran jantungnya.

Tetap berdiri tegak di belakang tubuh gadis ini, Tristan berbisik. "Gue sama kayak Liam."

Mengernyit, Callista sedikit menoleh. "Sama? Sama gimana?"

"Selalu awasin lo dari jauh."

Termenung, Callista merasakan panas bukan hanya di wajah tapi juga seluruh tubuhnya. Kilat dalam mata Tristan sama sekali tidak menunjukkan kebohongan apapun.

Memalingkan wajah, Callista berdehem. "J---jadi lo bakal tau kalo gue pacaran sama cowo lain?"

Hanya sekejap, ketika Callista merasakan tubuhnya tertarik lebih dekat sekaligus kuat. Seakan menegaskan jika Tristan tidak suka dengan candaan semacam itu.

🍂

Menyusuri lorong dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi, jantung Callista berdebar hebat begitu suara pukulan bertubi-tubi di dalam sana memasuki pendengarannya. Di sisi kiri, wajah Tristan juga tidak sehangat tadi. Mata elangnya memandang lurus ke depan. Rahangnya mengeras, dengan urat-urat yang bermunculan di sekitar pelipis juga lehernya.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang