DANDELION (32)

32 7 15
                                    

HAPPY READING💖
Untuk yang udah lupa sama chapter sebelumnya, aku bantu dengan scene terakhir ya.

Maapin kalo ada typo!
Love u.

*******************

Gemetar. Callista menatap kosong dedaunan kering dibawah sana. Merasakan waktunya berhenti sebelum dedaunan itu ditutupi oleh tubuh seseorang yang baru saja berjongkok didepannya.

Mendongak, sepasang mata yang sangat ia kenali kini tengah menatap nyalang. Jemarinya menyentuh pipi Callista dengan lembut. Mengunci Callista dalam satu kalimat 'semuanya akan baik-baik saja'.

Hanya sebentar, sampai Tristan menarik gadis ini masuk dalam pelukannya. Mendekapnya begitu erat, terlampau erat.

Tangis Callista pecah.

Takut. Marah. Kecewa. Semuanya bercampur dalam tangisan pilu itu. Tidak. Callista tidak pernah membayangkan jika sampai lelaki ini tidak menemuinya lagi.

Callista tidak pernah mau. Tidak pernah bisa.

Benar. Semuanya tidak akan mungkin. Saat Callista bahkan sudah mencintai lelaki ini.

Kehilangan Tristan, menjadi sesuatu yang paling Callista benci lebih dari hidupnya sendiri.

****************

"It's okay."

Serak, Tristan bersuara. Tatapan nyalangnya mengarah tepat ke dalam mata gadis ini. Ada ketakutan yang membuncah dalam dadanya. Menyerangnya hingga merasa begitu kesakitan.

Callista menggeleng. Layaknya anak kecil, ia memohon dalam tatapannya. "G--gue gak mau bodyguard lain."

Lagi, Tristan kembali memeluknya. Lebih erat, menenangkannya dengan anggukan berkali-kali. Callista terisak. Mencengkram pinggiran baju lelaki ini sekuat mungkin. Bisakah kali ini Tuhan berpihak padanya?

Sementara Tristan memejamkan mata. Memaksa dirinya untuk tetap tenang, sekalipun napasnya mulai tidak beraturan. Dalam waktu cukup lama, tangisan gadis ini beradu dengan kicauan burung. Sementara keheningan alam, terasa seakan tengah menertawakan mereka.

🍂

"Callista!"

Aca segera berlari kecil, menghampiri gadis yang jemarinya sedang digenggam oleh pengawal tampannya ini. "Darimana aj------" Terkejut, Aca belum menyelesaikan kalimatnya tatkala menemukan wajah sembab sahabatnya itu. Bahkan tubuh Callista juga tampak sangat lemah. "Lo kenapa?! Sakit?"

Tidak ada jawaban. Kekhawatiran Aca semakin besar begitu tatapan sahabatnya ini terlihat kosong. Segera, ia menatap lelaki di dekatnya. Alih-alih menjawab, Tristan bahkan sama sekali tidak membalas tatapannya.

"Callista kenapa?" Aca mencebik. Sangat tidak suka melihat Callista yang seperti ini.

"Callista!"

Aca menoleh, sama seperti Arthur. Sementara Kinan mendekat dengan langkah cepatnya. "LO KENAPA?!" Pekik Kinan menemukan hal yang sama pada wajah gadis dihadapannya ini.

Hening. Kinan menoleh pada Aca, namun yang ia dapatkan hanya gelengan kecil. Jawaban yang begitu tidak memuaskan. Perlahan, Kinan menghembuskan napas beratnya. Kembali menatap Callista hati-hati. "Okay. Gue bakal paksa lo cerita, tapi nanti. Gue rasa lo harus liat ini."

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang