DANDELION (35.A.)

23 5 12
                                    

HAPPY READING💗
Maapin kalo ada typo yaa!
****************

"Mengusir mereka sama saja mengundang aku untuk kembali ke rumah ini. Dan kamu benar-benar melakukannya."

Sakit. Alana tidak percaya bahwa perasaan sesak ini masih menyerangnya bahkan setelah bertahun-tahun tidak ingin melihat wajah lelaki ini.

"Jadi.. selama ini kamu pura-pura gila?!" Syok, Laura mengeluarkan suaranya.

Menyeringai, Alana sama sekali tidak mengalihkan pandangannya. "Kalian pikir laki-laki seperti dia bisa menjatuhkan saya hanya dengan penghianatan?"

"Kamu..." Untuk pertama kali, Edward mengeluarkan suara terbata. Ia memejamkan mata kuat. "Untuk apa kamu melakukan semua ini?"

Lagi, Alana mengeluarkan seringai kejamnya.

"Wanita kuat, selalu bermain cantik."

****************

FLASHBACK ON

Beberapa tahun lalu.

"Apa yang akan kamu lakukan?"

"Diam aja?"

"Membiarkan mereka melanjutkan hal menjijikkan itu?!"

"Membiarkan laki-laki yang kamu temani dari nol menikmati kejayaannya dengan wanita lain?"

"Alana!"

"Video, rekaman suara dan semua kejadian yang kamu saksikan langsung beberapa bulan ini tidak mungkin sebuah kesengajaan lagi."

"Alana please.."

Wanita dengan kelopak mata menghitam itu memandang kosong ke depan. Jendela besar yang memancarkan keramaian malam di luar sana menjadi pemandangan mengenaskan di matanya.

Tidak ada air mata. Tidak ada raungan.

Namun lelaki yang sejak tadi mengoceh di belakangnya, tahu jika hati Alana sudah mati. Dunianya jatuh sampai ke dasar.

Hembusan napas berat terdengar sebelum lelaki ini melangkah, berjongkok di hadapan Alana yang duduk terkulai di sisi ranjang.

"Alan-----"

"Ar....." Berbisik, Alana mengucapkan kalimat sedingin es. "Tidak akan ada perceraian."

Lelaki berkemeja hitam ini mengernyit----tidak percaya. Emosi menggelegak dalam dadanya. Bahkan jika bukan karena wanita yang begitu ia sayangi ini, Edward sudah lama mati di tangannya.

Lalu apa yang Alana katakan? Bertahan dalam hubungan toxic itu? Dengan lelaki seperti Edward?!

"Liam dan Callista, mereka bukan anak-anak yang bisa menerima hal semacam itu."

Menghempaskan tangan Alana, lelaki ini berdiri. Memejamkan mata kuat bersama urat-urat yang bermunculan di lehernya. "Lalu apa?! Kamu akan bertahan dan membiarkan Edward benar-benar membawa wanita itu ke rumah kalian?!"

Cukup. Ia tidak bisa memikirkan hal yang lebih buruk dari ini. Bahkan dengan semua bukti transaksi, video mesra, rekaman suara antara Edward dan wanita itu, juga mata Alana yang menyaksikan langsung semuanya, seakan-akan belum cukup untuk membuat wanita ini sadar dari kebodohannya.

Mencoba sabar, lelaki ini mendekat. Memegang kedua lengan Alana, lalu menatapnya dalam. "Kamu bisa mendidik Liam dan Callista sendiri. Mendidik mereka dengan cara kamu. Sementara itu, seluruh dunia akan lihat bagaimana Edward jatuh dan hancur begitu kamu meninggalkan dia."

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang