DANDELION (16)

58 11 11
                                    

HAPPY READING💖

SEBELUM BACA JANGAN LUPA KLIK BINTANGNYA! Kliknya gak susah kok🥺

Penuhin semua kolom komentar ya!
Maapin kalo ada typo!

********************

"Callista dimana?" Suara tegas Edward bergema. Dentingan sendok berhenti. Arumi dan Luna sama-sama mendongak, saling bertanya lewat tatapan mereka.

"M--maaf tuan, nona Callista sejak kemarin menginap di rumah temannya." Balas Helena, bernafas lega ketika Edward hanya mengangguk lalu kembali menyantap sarapannya. Untuk saat ini, ketidakpedulian tuan besarnya itu terhadap anak-anaknya merupakan keuntungan. Jika tidak, Helena tidak tau lagi harus menjawab apa. Dia hanya menuruti perintah Liam, tuan muda yang kini tidak ikut sarapan bersama keluarganya. Helena yakin ini karena Callista tidak ada. Gadis itu, sangat berpengaruh bagi kakaknya bahkan dalam hal sekecil apapun.

"Callista memang seperti itu mas. Kalau gak ada kamu, dia suka keluyuran kemana-mana." Ucap Arumi disela-sela makannya.

"Didik dia dengan baik. Itu tugas kamu sebagai ibu mereka." Jawab Edward tanpa menatapnya.

"Aku itu udah berkali-kali nasehatin dia. Tapi emang dasarnya anak kamu yang gak mau dengerin orang tua."

"Dia juga anak kamu."

Arumi menoleh, hendak memprotes ketika tatapan tajam Edward mengintimidasinya lebih dulu. Terdiam, Arumi menunduk seraya menggeram dalam hati. Tidak berani melawan suaminya itu.

Beberapa saat setelah mereka kembali hanyut dalam kegiatan makan masing-masing, suara langkah seseorang yang menuruni tangga menarik perhatian mereka.

"Mau kemana kamu?" Seru Edward begitu melihat putranya berjalan tanpa menoleh sedikitpun pada mereka. "Ini hari sabtu. Kalian bukannya tidak ada kegiatan di sekolah?"

Liam berhenti, namun sama sekali tidak berbalik. Wajahnya datar, begitu dingin seperti biasa ketika ia kembali berjalan, sedikitpun tidak berniat memberikan jawaban sebelum kalimat Edward kembali menyulut emosinya.

"Atau kamu ingin keluyuran seperti adik kamu itu?"

Liam menoleh. "Habiskan makanan anda. Mengurusi masalah orang lain, butuh tenaga."

"Liam!"

Suara gaduh di luar sana, mengakhiri bentakan Edward. Cukup lama ketika mereka semua memastikan jika suara itu berasal dari halaman depan. Edward kemudian beranjak, berjalan pergi dari situ tanpa menghiraukan Liam lagi. Sementara Arumi dan Luna mengikuti, sama-sama penasaran dengan apa yang terjadi diluar.

"Tuan, anda harus keluar." Tergesa-gesa, Arthur menghampiri Liam. Mengeluarkan lelaki itu dari pikirannya. "Nona Callista---------"

Tanpa menunggu kalimat itu selesai, Liam segera melangkah. Jantungnya tiba-tiba berdegub kencang begitu mendengar nama adiknya.

Entah apa lagi yang gadis itu lakukan, yang jelas saat ini Liam berhenti. Tepat di belakang ayahnya begitu melihat mobil pickup hitam terparkir di hadapan mereka. Sementara keberadaan Callista dan beberapa orang diatasnya, membuat Arumi dan Luna menganga sama seperti Helena dan pelayan-pelayan lain.

Tawa Callista mereda menyadari semua tatapan tertuju padanya. Sialan. Dia lupa jika ini hari sabtu. Itu artinya Edward tidak pergi bekerja secepat hari-hari yang lain. Namun, yang membuat Callista semakin merinding bukanlah tatapan ayahnya melainkan Liam. Lelaki itu terdiam kaku dengan rahang mengeras seolah sedang menahan makiannya.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang