DANDELION (23)

48 7 36
                                    

HAPPY READING💖
JANGAN LUPA VOTE+KOMEN KAMU!
Maapin kalo ada typo yaaak!

******************

"KALIAN LUPAINN GUE?!"

Kedua gadis berkarakter nyaris sama ini, berbalik. Menemukan sahabat mereka sedang berdiri, mencebik kesal dengan mata berkaca-kaca.

"Iya!" Pekik Kinan santai. "Cewek yang cuma bisa nangisin bajingan sialan emang pantes dilupain sama kita!"

Aca mengerucutkan bibir. Berlari cepat lalu memaksa ikut dalam pelukan mereka.

Callista terkekeh, tak jauh berbeda dari Kinan.

"Gue juga boleh suka sama Raymond?" Gumam Aca. "Biar gue bisa ikut geng kalian."

**********************

"Jadi ini tempat anak-anak jaman sekarang bolos."

Callista, Kinan dan Aca masih menikmati hangatnya kebersamaan mereka ketika suara itu terdengar. Ketiganya berbalik, menaikkan alis begitu seorang pria berumur sekitar tiga puluh tahun dengan kemeja dan celana kain yang melekat rapi di tubuhnya.

Mereka kemudian berdiri. Saling bertanya dalam tatapannya begitu tidak ada satupun dari mereka yang mengenal pria yang cukup tampan seusianya itu.

Lelaki itu berdecak. Menikmati semilir angin sembari menghembuskan napas panjang. "Enak juga."

"Apanya yang enak pak?"

"Anginnya."

Aca terkekeh. Merasa ambigu dengan pertanyaannya sendiri. Namun deheman peringatan dari pria itu membuatnya segera berhenti.

"Kalau saya liat-liat, muka-muka kayak kalian emang langganan ruang BK."

"Kalau saya liat-liat juga, muka-muka kayak bapak emang langganan janda-janda seksi ya pak?"

"Kamu mau saya dorong ke bawah?"

Aca segera menggeleng. Mengerucut sebal begitu kedua sahabatnya malah sedang menahan tawa.

"Okey. Sudah ya basa-basi busuknya. Sekarang saya mau kalian ikut saya." Ucap lelaki itu menaikkan dagunya angkuh sebelum kembali berjalan menuju pintu.

"Gak mau." Balas Callista menghentikan langkah lelaki itu. "Kita aja belum tau bapak siapa, darimana, ngapain di sin-----"

"Sudahi bacotmu. Cukup ikuti saya ke bawah sana."

🍂

"Nama saya Arsen. Guru seni di kelas bahasa."

Callista menaikkan alis. Sama sekali tidak tertarik dan malah mengedarkan pandangannya pada ruangan luas ini. Ia pikir mereka akan di bawa ke ruang bimbingan konseling, nyatanya tidak. Ia dan kedua sahabatnya malah berakhir di sini, ruang teater.

Sementara Callista hanya tidak habis pikir dengan orang-orang yang sudah berada di sini tatkala mereka datang.

Raymond, Tristan, Veronica, Putri, Amanda, Luna, Gilang dan Fadil kedua siswa yang terkenal sangat dekat sekaligus dengan sifat jahilnya.

"Kalian mungkin jarang liat saya atau malah gak pernah. Saya memang jarang menginjak gedung kelas MIPA. Terutama saya juga mengajar di kelas XII." Lanjut Arsen menjelaskan. "Dan saya pikir kalian lagi bingung kan kenapa kalian di panggil ke ruangan ini?"

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang