DANDELION (22)

47 7 32
                                    

HAPPY READING💖
Maapin kalo ada typo yaakkk!

******************

Callista sudah berjalan, menjauhi kedua wanita berbeda umur itu ketika seorang gadis kecil datang di hadapannya. Mengulurkan tangan seraya menikmati roti tawarnya.

Melongo, Callista menatap Lula sebentar sebelum menahan kedutan samar di kedua pipinya tatkala melihat seragam sekolah yang sudah melekat rapi dalam tubuh mungil itu. Belum lagi rambut yang dikepang seperti biasa hingga tas kebesaran membuat gadis kecil ini tampak lebih menggemaskan.

"Jadi hari ini bos kita udah mulai sekolah." Cibir Callista berjongkok.

Lula mengangguk. Menggoyang-goyangkan jemari yang sejak tadi ia ulurkan.

Melihat itu Callista menaikkan alis, tidak mengerti.

"Jajan Lula. Hari ini Lula mau traktir temen-temen biar Lula banyak temennya."

Callista tergelak. "Lo mau nyogok?"

Menggeleng pelan, Lula menelan gigitan roti ketiganya lalu membalas. "Kata bang Olan kalo Lula gak punya uang, Lula gak punya temen."

Callista menghela napas, melayangkan tatapan tajam pada Olan yang hanya berdiri sembari menyengir di sisi Haikal. Sepertinya, pria menyebalkan itu memiliki banyak kenangan buruk dalam dunia pertemanan.

"Lo kalo mau punya temen harus baik."

"Traktir temen kan baik."

"Serah lu dah. Serah!" Keluh Callista memilih mengakhiri perbincangan ini dengan memberikan semua uang yang tadi Edward berikan padanya. "Ini lo pake buat trak------"

Ucapannya berhenti bersamaan dengan Tristan yang menahan tangannya sembari menggeleng pelan. Lelaki itu ikut berjongkok, menatap Lula seraya tersenyum kecil diikuti dua permen lollipop yang ia ulurkan padanya.

"Bang Tristan punya dua permen buat Lula. Lula mau temenan sama bang Tristan?"

Mengangguk-angguk, Lula tersenyum lebar. Tampak begitu senang meraih permen itu. Seakan tak cukup, ia bahkan memeluknya kuat-kuat sembari menggoyangkan pinggul ke kiri dan kanan. 

Tristan ikut tersenyum. Sementara Callista terpaku. Dengan tindakannya, juga dengan senyumnya. Entah bagaimana lelaki ini selalu terlihat begitu hebat dalam kesederhanaannya.

"Nanti kalau di sekolah ada yang nangis atau sendirian, Lula tinggal kasih permen itu."

"Biar Lula punya temen?"

Tristan menggeleng. Mengalihkan tatapannya pada gadis yang kini ikut bertanya dalam diam.

Lalu, Tristan kembali tersenyum. Meski kali ini lebih tipis, sepertinya lebih dari cukup untuk membuat Callista menahan napas. Merasakan dadanya berdebar keras.

"Biar Lula belajar jadi orang baik."

🍂

Callista turun dari mobil. Tersenyum pada Tristan yang juga menyusulnya sembari bernapas lega setelah mengantar Lula ke sekolah lebih dulu. Setidaknya ada Olan yang mau menunggu gadis kecil itu sampai pulang nanti.

"Lo udah kuat jalan?"

Callista memutar bola mata malas. "Gue cuma demam. Bukan lumpuh."

Tristan tidak membalas. Memilih mengamati setiap langkah yang gadis ini ambil. Sementara mereka menyusuri koridor, fokus Tristan hanya dua. Ocehan dan keamanan Callista. Bagaimana gadis ini berjalan, berbicara, tertawa, hingga Tristan yang kerap kali berganti posisi hanya untuk memastikan gadis ini tidak bertabrakan dengan siswa yang berjalan berlawanan arah dengan mereka.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang