DANDELION (9.2)

74 11 6
                                    

HAPPY READING!💖

Lagi-lagi senyum hangat menghiasi wajahnya ketika Callista menatap benda kecil berbentuk kotak ini. Dia bahkan tidak memperdulikan sapaan dari Putri dan Calvin yang baru saja mendatangi mereka.

"Gue gak ngundang lo, ngapain dateng?" Sinis Calvin pada Kinan. Wajahnya sudah terlihat lebih baik meskipun masih sedikit merah dan menampakkan luka di sudut bibirnya.

Kinan tergelak, maju sedikit mendekati pria itu lalu berbisik. "Lo mau gue hancurin acara lo berdua sekarang?" Jemarinya mengeluarkan undangan dari slingbag sebelum berakhir melemparnya tepat di depan wajah Calvin. "Makan tuh undangan murahan lo! Dasar orang miskin."

Putri menganga, sama seperti kekasihnya. Ia menggeram, ingin membalas gadis gila ini andai saja Calvin tidak menahannya atau semua benar-benar hancur.

"Kita pergi aja." Ucap Calvin lalu berbasa-basi sedikit pada Raymond kemudian menggiring Putri untuk pergi. Sama sekali tidak memperhatikan wajah Aca. Jangankan itu, dia seperti tidak menyadari jika Aca memang ada disitu. Menatapnya, memaksa benaknya untuk bertahan sedikit saja.

Tidak di sini. Dia tidak boleh menangis sekarang.

Callista benar. Aca datang untuk membuktikan pada mereka jika dia baik-baik saja. Sama sekali tidak jatuh apalagi terpuruk. Dia Virgonia Aca Shaenette. Putri keluarga Shaenette. Siapapun tidak bisa menjatuhkan mahkotanya.

"Gue sumpahin nih acara hancur." Desis Kinan begitu didepan sana MC acara mulai menarik perhatian semua orang.

"Jahat banget lo jadi manusia." Kekeh Aca disamping sahabatnya.

"Gak ada manusia yang baik. Mereka cuma munafik."

Aca hanya menggeleng pelan. Memilih menikmati minumannya ditengah-tengah kumpulan orang berkelas. Banyak dari mereka yang berasal dari luar sekolah, yang Aca kenali. Seperti Clementine, gadis cantik yang merupakan bintang SMA NUSANTARA. Selain merupakan putri dari sahabat mamanya, Clementine juga merupakan anak dari pejabat negara yang cukup berpengaruh. Gadis itu mengenakan longdress perpaduan antara warna hitam dan putih. Sangat indah dalam tubuh langsingnya.

Callista ikut mengedarkan pandangan. Sama sekali tidak terpukau dengan acara outdoor ini. Banyak balon berwarna hitam dan emas yang tersebar di kolam renang. Sementara pinggiran kolam dihiasi dengan lampion-lampion yang saling berjarak jauh.

Selain itu, masih banyak hiasan lain yang menurut Callista terlalu norak dan berlebihan. Terutama terlalu banyak orang yang mengelilingi tempat ini. Diantaranya, Callista bisa menemukan Luna yang sedang berbincang dengan Veronica dan yang lain. Rupanya gadis itu juga datang.

"Dia Callista Mikhailord kan?" Ucap salah satu pria berkumis tipis pada temannya. Tanpa menoleh, Callista hanya diam mendengarkan mereka.

"Gila, aslinya cantik banget cuy."

"Gue dari tadi juga liatin dia. Pangling gue."

"Lebih cantik dari Clementine gila!"

"Udah punya pawang bro." Suara lain menyahut.

"Bisa-bisanya cewek secantik dia bukan pacar gue." Balas temannya yang lain. Suaranya terdengar lebih berat.

Pria berkumis tipis itu berdecak. "Gue kalo jadi cowoknya, udah ngurung dia di kamar. Gak boleh keluar dah serius!"

Mimpi. Callista bahkan tidak ingin repot-repot mengenal pria cabul seperti mereka. 

Tiba-tiba Callista merasakan tangannya ditarik Raymond untuk maju ke depan. Lebih dekat dengan pinggiran kolam. Callista hanya mendesah berat. Sepertinya pria ini juga mendengar percakapan tadi. Terlihat dari rahangnya yang mengeras memendam amarah.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang