DANDELION (36)

36 6 9
                                    

HAPPY READING 💗
Maapin kalo ada typo yakkk!
************

Rindu. Berulang kali, Raymond menghembuskan napas berat. Merasakan kepalanya pening, namun tetap meneguk minuman keras yang ada dalam genggamannya.

Callista. Raymond merindukannya. Benar-benar merindukan gadis itu.

Akhir-akhir ini, Callista hilang. Entah gadis itu sengaja atau tidak, namun Raymond sudah melakukan berbagai cara untuk menemuinya. Tiap kali Raymond datang, Callista selalu tidak di rumah. Bahkan sosial media gadis itu tidak aktif. Ratusan telvon dari Raymond juga tidak diangkat.

Mengenaskan. Saat Raymond terus memikirkannya, terus mengkhawatirkannya, Callista malah bersama lelaki sialan itu.

Semua foto kebersamaan mereka dari jauh sudah masuk beberapa hari lalu dalam ponselnya. Membuat Raymond tampak begitu kacau sejak itu.

"Brengsek."

Tertawa kecut, sudut mata pria ini berair.
Kembali meneguk cairan yang membuat tenggorokannya terasa begitu panas.

"Uang? Perhiasan? Boneka? Coklat? Gua punya semuanya Callista."

"Lo tinggal minta."

"Sialan."

"GUE CINTA SAMA LO SIALAN!" Raymond meledak. Kembali menghantam stir mobil dengan jemarinya berulang kali. Napasnya menggebu, sementara kepalanya semakin pusing.

Tanpa peduli apapun lagi, Raymond menyalakan mesin mobil. Mengendarainya dengan kondisi setengah sadar. Brengsek! Brengsek! Tidak mungkin dirinya dikalahkan oleh pria miskin seperti itu! Tidak mungkin Callista mencintai lelaki menjijikkan sepertinya!

Hujan di luar sana seakan mendukung kebencian dalam dadanya. Tepat sebelum pengendara lain nyaris membuat mobilnya kehilangan arah.

"BANGSAT!" Berang, Raymond mengumpat begitu ia terpaksa menghentikan mobilnya dengan cepat. Nyaris mengejar pengendara sialan itu dan membunuhnya andai saja ia tidak menangkap sesuatu yang begitu menarik.

Callista. Benar, gadis yang sedang menangis di bawah guyuran hujan itu sudah pasti Callista. Hanya sekejap, ketika niat Raymond untuk turun dari mobil dihentikan begitu saja oleh pemandangan di luar sana.

Tristan. Bajingan itu berdiri di hadapan gadisnya. Membuat drama seolah mereka benar-benar menderita.

Tangan Raymond terkepal kuat. Kepalanya nyaris pecah. Terutama melihat mereka berpelukan hingga menyatukan kening, membuat Raymond seolah kehilangan nalarnya.

Dengan emosi membara, Raymond meraih botol minuman keras di sisinya. Segera keluar dari mobil. Dekat, semakin dekat Raymond dengan kedua insan itu semakin hatinya terkoyak habis.

Tinggal beberapa jarak saja, ketika tangannya melayang di udara. Menghantam hebat kepala lelaki yang membelakanginya ini menggunakan botol tadi.

Syok. Raymond bahkan semakin benci melihat gadis yang ia cintai ini malah menangisi lelaki lain tanpa menyadari keberadaannya sedikitpun.

Brengsek. Dengan sekali hentakan, Raymond menarik tubuh gadis itu. Menjauhkan mereka tanpa belas kasihan sedikitpun.

***********

"Jadi kamu tidak tau dia ada di mana?"

Di tengah cahaya ramang-ramang, Bram menatap putranya. Sama sekali tidak heran begitu melihat tatapan gelap lelaki itu.

"Menurut lo?" Raymond tersenyum sinis. "Gua bahkan berharap dia mati."

"Jordi bilang kalau kemarin kamu sempat menyuruh mereka untuk mencari pria itu."

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang