XXIX

740 139 1
                                    

--

Cukup sudah satu bulan Jungkook terkurung di dalam kamar inapnya. Ia bahkan beberapa kali memberontak pada ibunya dan teman temannya agar Jungkook bisa melihat junior kesayangannya, ia bersikeras ingin bertemu Rose. Dan disinilah Jungkook dengan mata berairnya menatap Rose dengan segala macam alat yang membantu Rose untuk bertahan. Jungkook tak sampai hati melihat Rose yang kian kurus dan enggan membuka mata. Jungkook tak banyak bicara, ia hanya akan duduk disamping Rose. Memandang wajah gadis yang pucat adalah menjadi keharusan untuknya, ia akan selalu disana dengan harapan ialah yang menjadi orang pertama saat Rose sadar nanti. Namun sampai musim sudah menjadi putih dan suhu menjadi dingin, gadis itu tak menunjukkan tanda tanda ingin melihat Jungkook. Ia masih saja menutup mata, dokter juga tidak memberikan penjelasan yang berarti pada keluarga Rose maupun pada Jungkook sendiri. Dokter hanya mengatakan, tubuh Rose masih enggan untuk bangun. Hingga pada akhirnya keluarga Rose memutuskan untuk dirawat jalan di rumahnya. Karena jarak rumah sakit dan rumahnya sangat jauh, itu yang membuat ibunda yang merawat Rose kesusahan dan kelelahan. Ibu Rose juga meminta Min Yoongi selaku murid kesayangan suaminya yang akan mengawasi segala perkembangan Rose. Tentu saja dengan syarat yang harus dipenuhi, dari ruangan kamar Rose yang sekarang diubah menjadi bak kamar rumah sakit.

Bulan Desember yang dingin semakin dingin dirasakan Jungkook saat Rose tak ada disisinya. Gadis itu berjanji akan pergi ke Busan untuk jalan jalan, namun gadis itu masih saja memilih untuk tidur. Jungkook akan setiap hari datang ke rumah Rose untuk membantu ibu menjaga Rose.

"Jungkook sudah larut, kau mau tidur disini atau pulang?" tanya ibu Rose sembari menyeka tangan Rose.

"Sebentar lagi aku akan pulang, siapa tahu setelah ini Rose bangun." Ucapnya santai dan tersenyum seraya menatap gadis di depannya. Kemudian ibu Rose tertawa ringan.

"Kau setiap hari mengatakan itu Jungkook.."

"Ucapan adalah doa kan bibi?"

"Iya Jungkook, terima kasih."

--

Upacara kelulusan Jungkook sudah terjadi bulan bulan lalu, kini ia sedang dengan malas untuk mempersiapkan soal pekerjaannya yang akan ia jalani di bulan Maret. Jungkook sebenarnya masih bimbang dan 70% ia sangat tidak ingin berangkat karena keadaan Rose yang tidak memungkinkan untuk Jungkook tinggal.

"Jungkook, kau akan berangkat bukan?"

"Ibu bisakah kita tidak membicarakan ini lagi?"

"Kontrakmu Jungkook, tersisa 3 bulan lagi. Kau harus membuat keputusan, ada banyak sekali dokumen yang harus kau persiapkan untuk berangkat." Kata ibunya yang semakin membuat Jungkook ingin marah.

"Ibu, tidakkah disini Rose lah yang penting?" tanyanya dan pergi berlalu menuju kamar, ibunya yang tidak pantang menyerah itu pun berjalan mengikuti Jungkook. Ibu nya dan ibu Rose sudah membuat keputusan agar Jungkook tetap berangkat ke UK. Tentu saja dengan keputusan berat yang banyak dipertimbangkan.

"Jungkook kau harus berangkat." Ucap ibunya tiba tiba karena Jungkook tidak mengetahui jika ibunya akan mengikutinya sampai ke dalam kamar.

"Kau harus berangkat, Rose mungkin akan bangun. Tapi kita tidak tahu kapan." Lanjutnya yang sepertinya membuat Jungkook naik pitam. Maafkan Jungkook kali ini karena terpaksa membentak ibunya.

"Ibu! Kenapa ibu bicara seperti itu? Apakah ibu tidak tahu? Aku ingin sekali menjadi orang yang ia lihat saat sadar nanti. Bukankah ibu yang memberiku semangat dan meyakinkan jika Rose akan bangun dalam waktu cepat!? Kenapa ibu sekarang justru mengusirku dan seolah ingin aku meninggalkan Rose? Huh?" ucap Jungkook dan matanya yang sudah mulai memerah dan berair. Ibu Jungkook juga sebenarnya tidak akan tega melihat anaknya seperti ini tapi keadaan harus memaksanya untuk berkata seperti itu pada anaknya.

Kemudian ibu Jungkook menangkup pipi anaknya yang sudah menangis. Entah tangisan keberapa yang ia lihat, tapi ibunya sering sekali melihat Jungkook menangis. Itu sangat menyayat semua hati ibu.

"Dengarkan ibu, lalu jika Rose bangun setelah 2 tahun kau akan jadi pengangguran dan tidak punya apa apa? Bukankah kau akan menjadi seseorang yang menyedihkan dimata Rose? Kau tidak mau menjadi pria mapan dan menikahi gadismu jika sudah sukses? Pikirkan Jungkook. Ibu yakin bahwa Rose akan bangun, seperti katamu bukan? Ucapan adalah doa, berapa doa yang sudah kau, ibu, dan teman temanmu rapalkan untuk kesadaran Rose? Sadarkan dirimu! Kau pikir ibu tega melihatmu seperti ini? Hidup tetap berjalan Jungkook, kau harus tetap menjalankan hidupmu. Hidupkan mimpimu, ibu akan menjelaskan keadaanmu pada Rose. Ibu yakin Rose akan mengerti." Ucapan panjang lebar itu membuat Jungkook semakin lemas dan menangis kian keras.

"Ibu..tapi aku sangat tidak tenang. Aku ingin sekali melihat Rose lagi, bagaimana ini..hiks.."

Ibu Jungkook kian mengeratkan pelukan pada Jungkook dan menepuk punggung anaknya berkali kali mencoba berusaha menenangkan.

"Iya, ibu tahu perasaanmu. Kau harus tetap hidup untuk menghidupinya. Mengerti?"

Hanya anggukan disertai tangisan adalah jawaban Jungkook saat ini. Haruskah Jungkook pergi?

--

Singkat dulu yaa, mau ending nih kayanya. 

Thank u all! See u! 

When Your Eyes TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang