ToD | 19. Pagi ini

1.3K 234 141
                                    

"Selamat pagi!" Bunda mengatakan hal itu dengan sangat semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi!" Bunda mengatakan hal itu dengan sangat semangat. Posisinya, Aqeela dan Rassya sekarang berada di meja makan.




Hanya ada mereka bertiga.


Bunda tidak mempunyai asisten rumah tangga, karena menurut Bunda, Bunda masih mampu mengerjakan urusan rumah tangga sendiri.



"Pagi, Tante," Balas Aqeela dengan senyum canggung. Lagi dan lagi, Aqeela merasa tidak enak.


"Gak usah ngerasa gak enak ih," Sahut Bunda. "Lagian disini cuma ada kita bertiga aja."


Aqeela mengangguk.



Aqeela menatap Rassya yang tertidur di meja makan. Padahal, mereka sudah siap bersekolah. Tetapi, Rassya malah tertidur.



"Heh bangun!" Ujar Aqeela. "Rassya, bangun!"


Rassya menguap, lalu menganggukkan kepalanya. "Ngantuk banget."


Setelah itu, Bunda datang sambil membawa sarapan. Bunda memasak nasi goreng.

Dari aromanya saja, Aqeela sudah mengira, jika nasi goreng ini benar-benar enak.


"Ayo makan!" Kata Bunda.


Aqeela mengangguk. "Makasih Tante."


"Jangan panggil Tante dong. Panggil Bunda aja, biar gak ribet," Balas Bunda.

Rassya berdecak. Merasa malas dengan perkataan Bunda tadi. "Apa sih, Bun."


"I─ i─ iya, Bun," Balas Aqeela gugup. Bunda tersenyum akan hal itu.

"Kalau liat Aqeela, Bunda jadi keinget anak Bunda yang paling besar. Namanya Alexandra, biasa di panggil Alexa. Dia kuliah, semester dua," Ucap Bunda memperkenalkan anaknya yang paling besar itu.


Aqeela mengangguk, sambil memakan nasi gorengnya. "Ooh gitu ya. Jurusan apa, Bun?"


"Hukum," Balas Bunda.

Aqeela lagi-lagi menganggukkan kepalanya. Sejujurnya, ia bingung harus merespon apa.


Sementara Rassya, ia sedang bingung sambil memegang ponsel di tangannya ini. Ia harus laporan kepada teman-temannya... Atau jangan?



Jika Rassya laporan kepada teman-temannya mengenai hal Aqeela menginap di rumahnya ini, pasti teman-temannya (Clay dan Kiesha) akan memaksa Rassya untuk terus mendekati Aqeela hingga gadis itu terbawa perasaan.




Sejujurnya Rassya juga merasa kasihan kepada Aqeela. Tetapi... Ya sudahlah, ini juga salahnya sedari awal. Kalau saja dulu ia memilih truth, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi.




"Aca, disimpen dong ponselnya. Lagi makan gak boleh mainin ponsel," Peringat Bunda.

Rassya segera menyimpan ponselnya.

"Nah gitu dong, bagus," Ucap Bunda lagi. "Yaudah, Bunda keatas dulu ya. Mau jemur baju."


"Oke, Bun," Sahut Rassya. Setelah itu, Bunda langsung pergi meninggalkan Aqeela dan Rassya yang berada di meja makan ini.


Setelah kepergian Bunda, Aqeela pun tertawa dengan sangat keras.


"HAHAHAHAHA ACA," Ucap Aqeela dengan suara kerasnya itu.


Rassya sudah menduga, hal ini akan terjadi. Padahal dulu, Bunda sudah berjanji tak akan memanggilnya 'Aca' jika ada temannya di rumah.



"Apa sih," Balas Rassya sengit. "Gue juga yakin, lo pasti punya panggilan kesayangan sama orang tua lo."



Aqeela memeletkan lidahnya. "Gak ada, wleeee."


Rassya berdecak malas, lalu segera menghabiskan nasi gorengnya itu. Dan pergi meninggalkan Aqeela.


"Ehhh Rassya tungguin!"


"Ehhh Rassya tungguin!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











××
Ada yang masih kesel sama Rassya? Atau malah ngga? Hahahaha

ToDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang