ToD | 29. Satu bulan

1.8K 261 253
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Tuhan berkehendak lain..."



"GAK MUNGKIN!"


Mama nangis sejadi-jadinya. Aqeela yang berada di sampingnya ini hanya bisa menatap kosong kearahnya, tidak mempercayai apa yang Dokter tadi katakan.


"Ini pasti bohong kan? Dokter pura-pura aja kan bilang gitu? Masa Adek saya cuma demam aja bisa sampai meninggal?!" Tanya Aqeela dengan suara yang bergemetar, menatap Mamanya dengan sangat sendu, lalu menghembuskan napasnya perlahan.


"JAWAB!" Bentak Aqeela. Dokter itu terdiam, tidak sanggup menjawab pertanyaan Aqeela.


"Itu semua kehendak Tuhan. Saya dan yang lainnya sudah berusaha semaksimal mungkin," Balas Dokter itu.


Aqeela kemudian menangis. Masih tidak menyangka dengan kenyataan dimana Adiknya─ Aira, yang sudah tidak bernapas lagi.



Kemudian ia dan Mama masuk kedalam ruangan Aira. Aira sudah ditutupi dengan kain kafan. Aqeela membuka kain kafan itu.


"Adek," Panggil Aqeela. "Yang tenang, ya? Maaf belum bisa jadi Kakak yang terbaik buat kamu."


Mama disini masih menangis. Mama benar-benar tidak menyangka dengan kenyataannya. Anaknya sendiri─ ah, sungguh, Mama tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya setelah ini.


Aqeela memandang Aira. Menatapnya dengan tatapan sedih. Dari kemarin, mengapa hidupnya akhir-akhir ini sangat berantakan? Apakah Aqeela memiliki kesalahan yang sangat fatal?

Aqeela menatap Mamanya yang masih menangis. Ia paham akan hal ini.


"Ma, sini biar aku yang urus administrasinya," Ujar Aqeela. Mama hanya menganggukkan kepalanya. Aqeela keluar dari ruangan ini, dan mengusap air matanya yang terus-terusan keluar.














🍀🍀










Jenazah Aira sudah dimakamkan.

Aqeela pulang beserta Mama dan Papanya. Papa terlihat sangat frustrasi.

"Harusnya kita gak usah biarin dia nginep di rumah temennya," Baru saja sampai di depan rumah, Papa sudah berbicara seperti itu. Papa mengundang emosi Mama.


"Kamu nyalahin temennya?" Tanya Mama dengan sangat sinis. "Ini jelas udah takdir! Gak usah nyalahin temennya segala."

Papa menghembuskan napasnya. "Aku udah gak kuat hidup kayak gini."


Aqeela merenungkan perkataan Papa tadi. Apa artinya itu? Apakah Papa ingin bercerai dengan Mama? Atau... Apa?

ToDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang