KETAHUAN

1K 90 3
                                    

"LO HUTANG PENJELASAN SAMA GUE"

"BISA BISANYA PUNYA DOI GAK BILANG KE GUE"

"WOI ALAN LO DENGER KAGAK?"

"CAPEK GUE TERIAK DARI TADI"

Alan menatap datar ponsel nya yang tergeletak diatas nakas, jadi tengah malam seperti ini dia nelpon cuma mau bilang hal yang tidak penting.

"Lo yang bego napa pake tereak tereak. Lo pikir gue budek!" kesal Alan pada Aksa diseberang sana.

"Hehe gue kepo banget anj. Sampe gak bisa tidur. Cepet bilang. Siapa doi"

"Kepo"

"Tinggal bilang aja kenapa, plis Lan. Biar gue bisa tidur ini-- Ahhh Stepen babi, lo kira susu gue ada airnya"

Alan melotot menatap ponselnya.

"Wah parah gak bener nih. WOI ANJIR LO KALO SANGE JANGAN SAMA SIMPANSE"

"Ehh mujidin! Kasian Stepen ditinggal emaknya, makanya dia halu susu gue dikira susu emaknya. Lo--"

Tut.

Bisa gila lama lama bicara dengan Aksa. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas.

Mencoba untuk tidur kembali. Tidak sampai satu menit, Alan kembali membuka matanya, gara gara Aksaiton dia jadi tidak bisa tidur.

Cowok yang hanya memakai boxer itu kini beranjak dari ranjangnya. Satu tujuan nya yang mungkin bisa membuatnya tidur nyenyak.

Kamar Helena.

Perlahan Alan membuka pintu kamar Helena, ternyata tidak terkunci. Ia tersenyum puas.

"Kayaknya gue nyesel masuk kesini" gumam Alan melihat Helena tidur memakai dress tidur tipis.

Apalagi lampu temaram membuat suasana dikamar itu terasa panas.

"Tahan Lan tahan, cuma tidur aja" doktrin Alan menguatkan imannya. Ia naik ke ranjang Helena pelan pelan, takut membangunkan gadis itu.

Alan memeluk pinggang ramping Helena.

"Nice dream honey"Alan mengecup dahi gadis itu cukup lama.

Mata Alan sudah terasa berat, sebelum benar benar tertutup ia menatap Helena lamat lamat.

Seperti ada yang aneh, tapi apa?

****

"Tuhkan kita telat, lo sih" kesal Helena menyalahkan Alan.

Gara gara Alan mereka jadi telat. Bagaimana tidak? Cowok songong itu selalu menganggu Helena mandi, dan yang paling membuat ia kesal Alan menyembunyikan baju sekolahnya. Setelah Helena menangis Alan baru mengembalikannya, ingin sekali rasanya Helena meninju muka songongnya.

"Udah tenang aja gue udah biasa telat" kata Alan lalu melajukan motornya ke belakang sekolah.

Helena memukul pelan helm Alan. "Gue nya nggak. Terus gimana dong. Ini juga mau  kemana lagi?" cerocos Helena membuat telinga Alan panas.

"Diem gak! Lo mau sekolah kan"

Sesampainya di belakang sekolah, Alan memarkirkan motor sportnya di warung tempat biasa dia nongkrong bersama teman temannya.

"Mang Asep, Alan titip motor ya" ujar Alan sedikit berteriak agar pemilik warung mendengar.

"Siap den" balas mang Asep.

Alan menarik tangan Helena mendekati tembok belakang sekolah. Tinggi tembok hampir 3meter, mustahil Helena bisa menaiki nya, lantas Alan mengambil tangga yang ada di dekat pohon.

My Ugly Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang