Kekejaman Helena

344 32 7
                                    

Budayakan vote ⭐ sebelum/sesudah
membaca!

______

H A P P Y R E A D I N G•


Alan berjalan menuju kelasnya dengan wajah yang tidak bersahabat. Para siswa/i memasang ekspresi tanda tanya saat melihat penampilan ketua Altariksa yang sangat berantakan. Tetapi, Alan acuh. Pikirannya saat ini sedang berkelana. Kenapa dia begitu bodoh? Dia mengulangi kesalahan nya seperti dulu, padahal dia sudah berjanji pada dirinya dan juga pada Helena.

Mengingat nama Helena, rasa bersalah Alan semakin besar. Tangannya terkepal menampakkan urat-urat tangannya. Sungguh, ia tidak bermaksud untuk membalas Helena dengan cara najis seperti itu, namun emosi sudah menguasai dirinya.

Maafin gue Len, gue ingkar janji Batin Alan menyesal.

"ARGHHH!! DASAR BODOH!" teriak Alan lalu menendang tong sampah di depan kelas nya hingga berserakan. Tak tanggung-tanggung tong sampahnya pun ikut rusak karena tendangan keras Alan.

Alan terkenal dengan sifat tempramentalnya, maka dari itu siswa lain memilih untuk menghindar daripada mengalami nasib yang sama seperti tong sampah tadi. Bahkan sahabatnya pun tidak bisa meredakan emosi Alan.

"Emosi nggak bakal bikin masalah lo selesai" kata Riko yang melihatnya dari awal. Ia melipat tangannya di depan dada dan berdiri di samping Alan.

"Gue lagi marah sama diri gue sendiri Rik" ucap Alan dengan nafas memburu.

"Gue sadar sekarang, bukan Elen yang mulai masalah. Tapi gue" Alan mengacak rambutnya dengan frustasi. "Gue yang nggak bisa kontrol diri gue. Gue salah Rik. Dan sekarang gue nambah masalah baru, bahkan kalau dibandingkan masalah Elen kemarin bukan apa apa. Malah kayanya gue yang selingkuh"

Alan tertawa miris, meratapi nasib buruknya.

Riko menepuk pundak Alan. Ia paham apa yang dirasakan Alan saat ini dan ia sangat tau apa yang Alan lakukan hingga laki-laki itu tampak kacau seperti ini.

"Tenangin diri lo dulu bro"

"Gue nggak bisa tenang Rik. Gue merasa bersalah sama Elen. Gue bingung gimana bilang nya ke dia" Alan merenung. "Gue juga nggak sanggup lihat mukanya pas gue bilang itu"

Mendengar penuturan Alan, Riko juga ikut terdiam. Cowok berkulit sawo matang itu menelan saliva nya gugup.

"Lo harus temui dia sekarang Lan. Lo ngomong yang sejujurnya. Tanpa ada yang lo tutupin. Gue yakin itu bisa membantu" saran Riko agak ragu.

Alan menoleh pelan. "Yang bener lo?"

"Sedikit" Riko meringis setelah mengatakannya.

"Bangsat" umpat Alan kembali frustasi.

"Riko, gue mau bicara sama lo" seru Tama tiba tiba muncul.

"Penting banget kelihatannya" jawab Riko berusaha memadamkan percikan api antara Tama dan Alan.

Tatapan Tama benar benar tidak bersahabat, tatapan itu biasanya tertuju pada musuh mereka, namun kini tatapan itu ditujukan pada Alan. Alan pun melakukan hal yang sama, tapi ia juga tidak bisa membalas lebih.

"Waktu gue nggak banyak" Tama berjalan terlebih dahulu dengan wajah datarnya.

"Mending lo temui Helena Lan. Lo harus cepat selesaikan masalah ini. Karena masih ada masalah lain yang belum kita selesaikan" setelah mengatakan itu Riko meninggalkan Alan dan menyusul Tama.

Ada benarnya perkataan Riko. Bagaimana jika Helena tau lebih dulu. Tidak, ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Alan langsung berlari mencari Helena dimana biasanya gadis itu berada.

My Ugly Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang